Eksposisi Khotbah di Bukit

EKSPOSISI KHOTBAH DI BUKIT

(Matius 5 : 1 – 12)

 

Ayat Alkitab: Matius 5:1-3

Khotbah di bukit dalam Matius 5:1-7 merupakan eksklusif hanya diberikan kepada murid-murid Tuhan Yesus. Kita melihat saat itu Yesus menjauhkan diri dari orang banyak, Dia naik ke atas bukit, lalu hanya diikuti oleh para murid-murid dan kemudian Dia mengajarkan khotbah di bukit ini. Khotbah di bukit ini adalah kebenaran Tuhan yang hanya ditujukan kepada orang Kristen. John Stott coba membagikan artinya khotbah di bukit, dia mengatakan delapan ucapan bahagia. Matius 5:1-12, merupakan karakter Kristen. Apabila kita bicara tentang ucapan bahagia, berbahagialah orang yang suci hatinya, kita akan belajar kesucian dari Tuhan Yesus, kemudian dikatakan berbahagialah orang yang dicela, dianiaya, difitnah, semuanya ini dialami luar biasa oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang memperdamaikan manusia dengan Allah. Semua yang dibicarakan disini adalah tentang hidup dan pengajaran Tuhan Yesus.

Ucapan bahagia yang Pertama, Matius 5:3. Terdapat tiga hal di sini, yaitu: Pertama, kita melihat artii dari miskin di hadapan Allah. Miskin disini bukan miskin secara materi. Alkitab mengatakan bahwa orang kaya itu sulit masuk dalam kerajaan surga, kita dapat lihat dalam Matius 19:24. Dalam kisah Lazarus dan orang kaya, orang kaya ini masuk neraka dan Lazarus yang miskin yang penuh dengan penyakit ini masuk surga. Tetapi jangan lupa bahwa dalam cerita itu juga kita tahu bahwa Abraham juga ada di surga, Abraham itu jauh lebih kaya, daripada orang yang kaya yang diceritakan dalam cerita Lazarus dan orang kaya. Miskin disini bukan kemiskinan secara materi, dalam bahasa Indonesia ketika diterjemahkan miskin di hadapan Allah, dalam bahasa aslinya adalah poor in spirit (miskin spiritual). Poor in spirit di sini bukan berarti poor spirited, namun artinya poor in spirit adalah miskin spiritual. Dalam bahasa Yunani kata miskin itu digunakan dalam 2 macam yaitu: yang Pertamadigunakan kata penêspenês artinya bukan orang kaya, orang yang hidup seadanya, yang hidup dengan sederhana. Namun ada miskin yang lain yang dinamakan sebagai ptôkhosPtôkhos itu artinya adalah miskin semiskin-miskinnya, miskin yang tidak memiliki apa-apa, miskin yang apabila tidak ada yang memberikan kepadanya, dia akan mati kelaparan. Miskin spiritual digunakan kata ptôkhos bukan kata penês, miskin spiritual disini adalah bankruptcy. Jadi ketika Tuhan Yesus berkata berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, ialah orang itu sadar bahwa dia adalah orang yang begitu berdosa. Lukas 18:9-14 menceritakan tentang Farisi dan pemungut cukai berdoa di bait Allah.  Kedua orang ini sama-sama manusia yang berdosa, mereka sama-sama miskin di hadapan Allah, tetapi orang Farisi jauh daripada merasa miskin di hadapan Allah. Orang Farisi ketika berdoa, dia memuji dan membanggakan bahwa dirinya begitu suci, lalu dia membandingkan dirinya dengan sampah-sampah masyarakat, dia tidak seperti pencuri, penjinah, dan pemungut cukai ini, dia bersyukur kepada Tuhan bahwa dia adalah orang yang begitu suci. Sedangkan pemungut cukai sadar bahwa dia begitu miskin di hadapan Allah, sambil memukul-mukul diri dan bercucuran air mata, dan berkata, ya Allah kasihanilah aku, orang berdosa ini. Pemungut cukai ini adalah orang yang miskin di hadapan Allah tetapi bukan orang Farisi itu. Lalu Tuhan Yesus berkata, pemungut cukai ini pulang sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah. Pemungut cukai bisa sadar bahwa dia manusia yang berdosa, karena ada Roh Kudus di dalam hati dia. Roh Kudus yang membuat kita merasa miskin di hadapan Allah. Fungsi Roh Kudus itu yaitu kita dapat lihat dalam Yohanes 16:8, ‘Ia’ disini adalah Roh Kudus, jikalau Ia dimateraikan dalam hati kita, Ia akan melakukan tiga hal yaitu: menginsyafkan kita akan dosa, menginsyafkan kita akan kebenaran, dan mengisyafkan kita akan penghakiman. Pemungut cukai,  ketika dia masuk berdoa, dia berdiri jauh-jauh di ujung di dalam kebaktian dan tidak berani menengadah ke langit. Pemungut cukai, Pertamasadar dia orang yang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Hal Kedua, muncul kengerian akan penghakiman Tuhan, ada penyesalan yang begitu dalam, itu sebabnya dia memukul-mukul diri. Hal Ketiga, menuntun pemungut cukai ini kepada kebenaran, dia merasa powerless, tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan dosa dia, dengan cucuran air mata minta pengampunan kepada Tuhan, muncul satu harapan bergantung sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Tiga hal ini, apabila Roh Kudus ada di dalam hati kita, maka akan muncul di dalam hidup kita. Dalam penginjilan harus ada Ketiga hal ini yaitu, firman itu harus menyadarkan akan dosa, kemudian menggambarkan neraka, kengerian di dalam penghakiman, dan di situ membawa orang-orang kepada penyesalan, dan Ketigamereka merasa powerless, tidak berdaya dan berharap hanya kepada Tuhan. Kita melihat Yudas, Pertama, Yudas sadar akan perbuatan dosanya. Dia sadar ketika dia berbuat dosa menjual Tuhan Yesus, dia sudah sadar akan dosanya, lalu dia dibayang-bayangi oleh kengerian penghakiman, lalu dia mencoba untuk menebus dosa dia dengan cara dia sendiri. Dia mengembalikan 30 keping perak kepada para imam. Dia pikir telah menyelesaikan dosanya dan dosanya telah ditebus, namun muncul terus perasaan bersalah, bagaimana dengan Yesus yang telah dikhianati, ditangkap dan dianiaya, Yudas tidak bisa mengembalikan semuanya itu lagi. Kemudian muncul bukan powerless atau bergantung kepada Tuhan tetapi yang muncul adalah hopeless, kemudian gantung diri dan mati. Hal ini bukanlah pertobatan yang sejati. Pertobatan yang sejati pada akhirnya akan menuntun kembali kepada Tuhan, akan muncul powerless, tidak lagi berdaya dan datang kepada Tuhan. Kita juga melihat bahwa orang kaya yang ada di neraka, dia sadar akan dosa-dosanya. Dia kemudian ingat terus akan dosa-dosa dia. Kengerian penghakiman itu sedang dia rasakan. Namun tidak  muncul perasaan untuk kembali kepada Tuhan. Orang kaya tersebut bertemu Abraham dan berkata, bangkitkan Lazarus dan masih ada lima saudaraku, agar saudaranya ini tidak masuk ke tempat terkutuk itu seperti orang kaya itu. Orang kaya ini menyatakan kepada Abraham bahwa dia masuk ke neraka karena Tuhan, di sini dia menyalahkan Tuhan, dan orang kaya ini tidak pernah bisa bertobat, dan tidak ada pertobatan yang sejati.

Hal Keduadari arti miskin di hadapan Allah adalah berbahagialah karena merekalah yang empunya kerajaan surga. Kata berbahagia dalam bahasa Inggris adalah bless dan dalam bahasa Yunani adalah makarios. Berbahagia disini artinya Tuhan itu berkenan. Ketika Tuhan berkata berbahagialah berarti Tuhan itu memberikan approval, Tuhan berkenan kepada orang yang miskin spiritual di hadapan Dia. Adakah berkat yang lebih besar daripada Tuhan itu berkenan kepada kita?. Hal ini adalah berkat spiritual yang begitu besar bagi kita. Orang yang miskin, semiskin-miskinnya lalu menjadi orang yang begitu berbahagia. Lompatan gapini begitu besar, tadinya begitu menyedihkan, mendapatkan berkat yang begitu luar biasa. Namun jangan lupa bahwa orang yang mendapat berkat besar di hadapan Allah di mulai dengan miskin di hadapan Allah. Mulai dengan kekosongan kemudian dia diisi dengan penuh berkat yang begitu besar. Injil pun bekerja demikian bagaimana seseorang mengenal Tuhan.  Tuhan bekerja Pertama menghancurkan hidup orang itu yaitu pegangan, berhala, segala macam idola, dan kepercayaannya dihancurkan oleh Tuhan, setelah itu ketika seseorang mendapatkan kekosongan, maka Tuhan mengisi orang tersebut dengan berkat spiritual yang besar. Ketika bayi Tuhan Yesus dibawa kepada Simeon, dia bernubuat bahwa Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel. Tuhan Yesus sebelum menyelamatkan umat pilihan-Nya, Dia akan menghancurkan semua pegangan hidup kita, kemudian dari situ Dia akan membangkitkan kita semua. Kita melihat anak yang hilang, uang menjadi berhala hidup dia. Lukas 15:11-32, menyatakan bahwa uang anak yang hilang itu habis, ketika uangnya habis, bencana kelaparan itu tiba. Maksud dari hal ini adalah ketika uangnya habis dia masih tetap melawan Tuhan, dia mau bekerja, namun Tuhan mengijinkan bencana kelaparan itu terjadi dan Tuhan menutup jalan hidup anak ini. Berhala keuangan dalam hidupnya dihancurkan oleh Tuhan. Lalu dia tetap dapat pekerjaan yang paling rendah di negeri itu yaitu memberi makan babi. Dia telah bekerja seminggu lewat hari sabat, bekerja hampir 10 hingga 12 jam begitu lelah dan tidak bisa makan, ingin makan hanya ada makanan babi kemudian akhirnya dia kembali ke rumah orang tuanya.

Miskin di hadapan Allah bukan hanya berhenti disini, tetapi berbahagialah karena mereka akan empunya kerajaan surga. Berbahagia disini adalah sukacita Ilahi, sukacita Ilahi yang tidak bisa dirampas oleh siapapun, hal ini menjadi permanen dalam hidup seseorang yang hidup miskin di hadapan Allah. Segala macam kesakitan, maut tidak mungkin bisa merampas sukacita Ilahi ini. Ketika mengatakan sukacita Ilahi, maka orang tersebut telah mengalami sukacita Ilahi tersebut dan bukan tunggu nantinya. Bacaan kita dikatakan karena merekalah yang empunya kerajaan surga, dalam terjemahan ESV digunakan kalimat theirs is the kingdom of God, kalimat ini present tense, mereka sudah memiliki kerajaan surga. Kerajaan surga adalah kesempurnaan yang nanti ketika Tuhan Yesus datang yang Kedua kali, tetapi di sini mereka sudah memiliki hal itu. Paulus menggunakan istilah  already but not yet (sudah tetapi belum sempurna). Orang Kristen di dalam dunia ini, telah memiliki kerajaan surga, kita telah menikmati dan mencicipi kerajaan surga ketika dalam dunia ini, dalam dunia ini kita mengalami pemeliharaan Tuhan yang khusus, penyertaan Tuhan, keadilan Tuhan, kebenaran Tuhan, kebaikan Tuhan, kesucian Tuhan. Jikalau kita peka akan hidup kita di dalam dunia ini, kita akan melihat pemeliharaan Tuhan yang begitu spesial dalam hidup kita ini. Orang kristen telah mencicipi kerajaan surga, maka akan membangkitkan selera, yaitu kerinduan akan kedatangan kerajaan Tuhan, kedatangan Tuhan Yesus yang Keduakali. Maka Paulus menyatakan mati adalah keuntungan, sukacita Ilahi akan menguatkan kita ketika kita mengalami berbagai macam tantangan dalam hidup kita, bahkan ketika kita mengalami maut sekalipun, hal itu yang akan menguatkan kita semua.

Ketiga, miskin di hadapan Allah diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia bukan miskin spiritual. Hal ini karena sewaktu menerjemahkan, penerjemah juga menginterpretasi. Orang bisa mengetahui dia miskin di hadapan Allah apabila dia berjumpa dengan Tuhan, dan dikonfrontasi di hadapan Allah.  Yakub bergulat di tepi sungai Yabok dengan Tuhan dan di sana dia bukan hanya diencounter tetapi dikonfrontasi di hadapan Allah. Nabi Yesaya dalam Yesaya 6, ketika dia melihat Tuhan, bertemu dengan Tuhan di dalam penglihatan itu, lalu dia berkata celakalah aku, aku binasa, aku orang yang najis bibir, tinggal di sekelilingku ini najis bibir, tetapi mataku telah melihat sang Raja, Tuhan alam semesta. Hal ini bukan sekedar perjumpaan dengan Tuhan tetapi juga konfrontasi sehingga Yesaya dapat melihat dia begitu najis bibir, dia begitu berdosa di hadapan Tuhan. Yesaya bisa melihat demikian karena Tuhan yang menyatakan dan memperlihatkan diri-Nya sehingga ada konfrontasi disitu. Anak yang bungsu dalam cerita anak yang hilang bisa kembali ke rumah ayahnya, karena dia disadarkan akan kesalahannya, dia mengalami konflik dan konfrontasi dari Tuhan. Orang yang miskin spiritual telah dikonfrontasi oleh Tuhan yang begitu suci, disitu dia akan mengetahui siapa dirinya, itu semata-mata karena anugerah Tuhan. Mengapa khotbah di bukit ini yang Pertamabicara tentang miskin di hadapan bahwa untuk dapat menjalankan hal itu kita semata-mata hanya bersandar kepada anugerah Tuhan. Ketika kita bergelut dengan firman Tuhan dan Tuhan menyuruh melakukan misi dia maka tidak mungkin kita bisa melakukan hal itu dengan kekuatan kita, semua bisa kita lakukan hanya dengan pertolongan Tuhan dan anugerah Tuhan, itu sebabnya bahwa 8 ucapan bahagia ini diawali dengan miskin di hadapan Allah, dan hal ini bukanlah suatu kebetulan di tempatkan di awal. Semua pengajaran dari khotbah di bukit ini, mampu kita melakukannya semata-mata dengan berkata kepada Tuhan, bahwa kita begitu miskin di hadapan Tuhan. Rasul Paulus seorang yang begitu pintar tetapi setelah dia menjadi orang Kristen, dia tidak bersandar pada kekuatan saya tetapi semata-mata kepada kekuatan dari Tuhan. I Korintus 2:1-5, kita melakukan segala pelayanan, semata-mata hanya dengan pertolongan Tuhan, dengan takut dan gentar. Kita menjalankan misi Tuhan dan pelayanan semata-mata adalah anugerah Tuhan.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:4

Di dalam bacaan kita, dikatakan “berbahagialah orang yang berdukacita.” Di sini kita melihat bahwa perkataan Tuhan Yesus ini melawan arus dunia. Perkembangan ilmu dan teknologi di dalam dunia ini untuk membuat hidup di dalam dunia ini lebih aman dan nyaman, jauh dari bahaya dan kesedihan. Jikalau mungkin di dalam dunia ini selalu berpesta pora dan tertawa terbahak-bahak. Tetapi kemudian ada aspek paradoks di ayat ini. John Stott ketika membahas bagian ini, memakai istilah happy are the unhappy (berbahagialah yang tidak berbahagia). Yesus mengatakan bahwa orang yang berdukacita adalah orang yang berbahagia. Bukankah orang Kristen yang sudah diselamatkan Tuhan seharusnya berbahagia? Tetapi selama di dalam dunia ini kita tidak bisa lepas dari dukacita. Dukacita kita akan lenyap di surga, dalam artian kematian dst. Tetapi saya percaya di surga tetap ada dukacita, yaitu dukacita yang kudus. Misalnya ketika kita teringat di dunia dulu seharusnya kita lebih taat kepada Tuhan, tidak melakukan dosa yang fatal. Allah Bapa adalah Allah yang berada di surga tetapi berdukacita karena melihat dosa dalam dunia, melihat manusia yang diciptakan segambar dengan Allah memberontak terhadap Allah dan menjadi musuh Allah. Apa arti dukacita dalam bacaan kita? Di sini bukan dalam arti natural: kehilangan pekerjaan, putus pacar, atau mengalami musibah. Arthur Pink memakai istilah “godly sorrow” (kesedihan yang dipimpin Tuhan). Dukacita adalah dukacita Tuhan. Apa yang kita dukacitakan itu juga yang didukacitakan Tuhan. Hati Tuhan dan kita berpaut jadi satu. Hanya karena Roh Kudus ada dalam hati kita maka kita dapat berdukacita dalam arti ini. Ucapan bahagia 1 dan 2 ini saling terkait erat satu sama lain. Orang yang miskin di hadapan Allah juga adalah orang yang berdukacita. Apa artinya dukacita rohani?

Pertama, dukacita rohani adalah ketika berdukacita kita menangisi dosa-dosa kita. Ketika nabi Natan menegur Daud, Daud kemudian menangis. Dia berdukacita atas dosa-dosanya. Dia berkata “saya telah berbuat dosa kepada Tuhan”. Dia memohon pengampunan dari Tuhan. Dasar Daud menangisi dosanya bukan karena takut hukuman Tuhan. Tetapi dia tahu ketika dia berdosa dia sudah melukai hati Tuhan. Pertobatan Daud adalah pertobatan yang sejati karena ketika dia meminta ampun, bukan karena dia dihukum tetapi dalam hatinya Roh Kudus menegur dia. Ketika kita berbuat dosa, ada 2 konsekuensi: Pertama, konsekuensi kekal. Kita sudah melukai hati Tuhan. Kedua, ada konsekuensi temporal dimana Tuhan menghukum kita. Dua hal ini terjadi ketika kita berbuat dosa. Ada seorang teolog yang mengatakan bahwa dalam konsekuensi kekal ada godly fear. Kita takut karena sudah melukai hati Tuhan. Dia yang sudah menyelamatkan kita tetapi kita menyia-nyiakan kematian-Nya. Tetapi dalam konsekuensi Kedua, memakai istilah worldly fear. Tuhan yang menghukum kita.

Ketika orang non-Kristen berbuat dosa, mereka tidak merasakan seperti apa yang kita rasakan, mereka tidak memiliki relasi dengan Tuhan sebelumnya. Tetapi ketika kita yang berbuat dosa, maka Roh Kudus membuat kita menyesali dosa-dosa kita. Kita yang memiliki relasi dengan Allah tetapi kita memutuskannya, mengecewakan dan melukai hati Tuhan. Orang Kristen ketika bertobat memfokuskan pada godly fear dan memulihkan relasi dengan Tuhan. James Boice mengatakan bahwa kita bukan hanya berdukacita atas dosa-dosa kita tetapi juga atas konsekuensi dosa kita, khususnya ketika orang lain terkena dampaknya. Kita melihat dalam peristiwa Daud dan Batsyeba. Batsyeba kemudian hamil dan melahirkan anak, tetapi anaknya ditulahi Tuhan dengan penyakit. Saat itu Daud menangisi apa yang menimpa anaknya sebagai akibat dosanya. Yang kita tahu anak ini tidak bersalah tetapi dia turut menanggung dosa Daud. Ada komentator yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada Kristus. Kristus adalah Anak Daud. Konsekuensi dosa kita yang terkena kepada orang lain membuat kita lebih sadar untuk tidak mengulangi hal yang sama.

Kedua, dukacita kita adalah dukacita Tuhan, yaitu dukacita yang menangisi kejahatan manusia, mencoba menghancurkan kemuliaan Tuhan dan mencoba melawan pekerjaan Tuhan. Dalam 2 Pet. 7:8, Tuhan mengatakan bahwa Dia menyelematkan Lot dari Sodom dan dikatakan bahwa Lot adalah orang benar tetapi yang hidup di tengah kejahatan Sodom. Lalu dikatakan saat itu Lot begitu menderita, sebab jiwanya tersiksa. Lot melihat kejahatan di Sodom yang mencoba menghancurkan pekerjaan Tuhan, melawan dan berusaha meredupkan kemuliaan Tuhan yang seharusnya dinyatakan disana. Dukacita kita kepada dunia yang melawan Tuhan, tetapi juga kepada gereja-gereja atau orang-orang Kristen yang membiarkan kejahatan itu terjadi dan tidak memperdulikan sekelilingnya. Ketika kita melihat sesuatu yang jahat tetapi tidak menghalangi atau memperbaikinya, maka kita sudah berdosa. Ketika Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah, Dia mengusir para pedagang. Dia membalikkan meja-meja yang dipakai dalam bisnis. Kenapa? Di dalam Bait Allah, ada satu bagian dimana orang non-Yahudi dapat masuk dan di sana memang adalah tempat berjualan. Dalam hari raya Paskah, orang Yahudi datang ke Yerusalem dan mereka ingin mempersembahkan korban. Maka sampai di Bait Allah, mereka akan membeli domba atau kambing. Sesuatu yang memang diizinkan dengan resmi. Disana juga harus ada penukar uang karena pada mata uang Romawi ada gambar Kaisar. Mata uang ini akan ditukar dengan mata uang Yahudi, agar mereka dapat mempersembahkannya. Jadi ini adalah sesuatu yang baik. Tapi kenapa Yesus begitu marah? Karena disana para Imam mulai menentukan harga untuk orang-orang yang ingin berjualan, dan harganya dinaikkan. Maka harga yang dijual juga ikut naik. Para Imam mendapatkan uang, para pedagang juga. Di sana tempat itu menjadi sarang penyamun.

Inilah yang Kedua, yaitu kita menangisi kejahatan dalam dunia yang melawan kemuliaan Tuhan.

 Ketiga, dukacita menangisi mereka yang belum percaya kepada Tuhan; menangisi jiwa yang terhilang. Dalam Keluaran 32:32, kita melihat bahwa Musa berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, “Tuhan ampunilah dosa bangsa Israel. Jikalah tidak, hapuskanlah namaku daripada kitab kehidupan.” Musa begitu berduka ketika melihat Israel yang menolak Tuhan. Dia begitu mengasihi bangsa Israel. Dia rela namanya dihapuskan asal Israel dapat bertobat. Inilah dukacita kepada jiwa yang hilang.

Kita tahu Musa tidak akan dihapuskan namanya, tetapi kita melihat sebuah prinsip di sini: upah dosa adalah maut. Tuhan akan mengampuni dosa bangsa Israel, tetapi harus ada satu orang yang menanggung hukuman kekal. Kita tahu itu bukan Musa, melainkan Tuhan Yesus. Ketika Dia berada di atas kayu salib, Dia berkata, “ya Allahku, ya Allahku. Mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Tuhan Yesus mengalami hukuman neraka; penghukuman kekal, di atas kayu salib. Kita belajar juga dari Musa. Dia yang sudah diselamatkan oleh Tuhan, hutang dia untuk membawa orang lain kepada Tuhan itu begitu luar biasa. Paulus juga mengatakan bahwa dirinya berhutang. Ketika engkau dan saya diselamatkan oleh Tuhan, maka kita harusnya memiliki jiwa penginjilan yang begitu giat. Alkitab mencatat bahwa di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menangis dua kali. Dan Keduakali itu ada hubungan dengan jiwa yang terhilang. Yang Pertama ada di Yohanes 11 yang menceritakan mengenai kebangkitan Lazarus. Pada ayat ke-35, dikatakan bahwa Yesus menangis. Setelah Dia datang, Lazarus sudah meninggal 4 hari. Ada begitu banyak orang disana, termasuk Imam, Ahli Taurat,  dan orang Farisi. Yesus tidak mungkin menangisi Lazarus, karena Dia sebentar lagi akan membangkitkan Lazarus. Yesus menangisi orang-orang yang tidak percaya kepada Dia akan mati dan tidak memiliki pengharapan akan hidup yang kekal. Tidak memiliki kuasa kebangkian dan pergi ke neraka setelah kematian mereka.

Kenapa Yesus naik harus dari Betania yang dekat dengan tempat tinggal Lazarus? Saya percaya ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Lazarus ada di situ. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa Lazarus memang akan mati lagi, tetapi ketahuilah bahwa dia memiliki pengharapan tubuh kemuliaan seperti Yesus. Satu pengharapan bagi orang percaya. Alkitab mencatat Yesus menangis secara eksplisit ketika Dia menangisi Yerusalem. Di dalam Lukas 13, sambil menangisi Yerusalem, sambil Dia berkata bahwa Yerusalem menjadi kota dimana mereka membunuh para nabi, mereka merajam dengan batu hingga mati para utusan Allah. Dia menangisi mereka yang menghalangi penginjilan. Tangisan ini seharusnya menjadi tangisan kita. Ketika Stefanus dirajam dengan batu sampai mati, itu sangat menyakitkan. Di negara-negara barat yang setuju dengan hukuman mati, mereka mengusahakan bagaimana orang yang dihukum mati dapat mati dengan tidak menderita. Dirajam dengan batu adalah salah satu kematian yang begitu mengerikan. Stefanus di dalam kesakitan yang luar biasa tidak mengasihani dirinya sendiri. Dia malah berdoa meminta Tuhan tidak menanggungkan dosa tersebut kepada orang-orang yang melemparinya dengan batu. Dia menangisi orang-orang tersebut. Dia berduka untuk mereka yang mencoba menghalangi pekerjaan Tuhan di dalam penginjilan.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:5

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”. Apa artinya kata lemah lembut? Pasti bukan orang yang baik hati, perasaannya halus, bicaranya tenang, atau sabar. Ini semua bukan lemah lembut. Orang yang lemah lembut itu bukan berarti lembek atau lamban. Kita melihat ini semua adalah pekerjaan Roh Kudus, dikatakan ayat sebelumnya, orang yang miskin rohani. Sehingga lemah lembut di sini juga berarti secara rohani. Bicara tentang sembilan macam buah roh, salah satunya adalah lemah lembut. Ini adalah sifat dalam diri Yesus. Dalam Matius 11:29, Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. Kita melihat dalam dua ucapan bahagia, miskin rohani, berdukacita, ini artinya hanya relasi kita dengan Allah. Tapi kita juga bicara tentang relasi manusia dengan manusia. Apa artinya orang yang lemah lembut?

Pertama, orang yang lemah lembut artinya orang yang rendah hati. Kita lihat miskin di hadapan Allah, adalah orang yang  berdukacita menangisi dosa-dosanya di hadapan Allah. Setelah orang miskin di hadapan Allah, dia menangisi kemiskinannya kemudian menjadi orang yang mengosongkan dirinya. Sehingga pembenaran diri tidak ada lagi. Roh Kudus akan memimpin orang yang lemah lembut ini menjadi orang yang rendah hati. Dua kata lemah lembut dan rendah hati, dipakai tidak terpisahkan dengan Tuhan Yesus. Paulus dalam Efesus 4:2, ketika kita menjalankan pelayanan kepada Tuhan, kita harus menjalankannya dengan rendah hati dan lemah lembut. Jadi dua hal ini saling mengisi, orang lemah lembut adalah orang yang rendah hati, dan orang yang rendah hati adalah orang yang lemah lembut. Tuhan Yesus lemah lembut dan rendah hati, artinya Ia memiliki penyangkalan diri yang luar biasa. Dalam Filipi 2:6-7, Ia yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Artinya Ia adalah Allah oknum kedua yang rela menanggung hukuman kekal. Ia begitu rendah hati dan lemah lembut. Kita melihat Paulus, ia juga begitu lemah lembut dan rendah hati, ia berkata, untuk menginjili orang Yunani, saya menjadi seperti orang Yunani. Ini adalah penyangkalan diri. Dalam Roma 9:3, ia mengatakan, “Aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani”. Ini mirip seperti Musa, biarlah demi keselamatan bangsa Israel, namaku rela dihapus dari buku kehidupan. Meskipun memang yang menanggung dosa hanya Tuhan Yesus, bukan Paulus atau Musa. Tuhan Yesus mengutip dari mazmur 37:11, “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”. Rendah hati di sini artinya lemah lembut. Kita melihat Musa, ia dikatakan sebagai orang yang paling lemah lembut di seluruh bumi. Dalam arti rendah hati. Ia juga adalah seorang pangeran, tapi demi membela bangsanya ia membunuh orang Mesir. Empat puluh tahun pertama ia hidup sebagai seorang pangeran. Empat puluh tahun kedua ia hidup sebagai penggembala domba. Ketika ia dipanggil Tuhan, ada semak berduri yang bernyala oleh api, tapi tidak hangus. Ia mendekati semak duri itu dan di situ Tuhan memanggil dia. Tuhan mau menyampaikan bahwa Musa bagaikan semak duri yang bisa terbakar dan tidak ada artinya. Sekarang engkau lihat semak duri ini akan menampakkan satu cahaya kemuliaan dari Tuhan. Dan kemuliaan itu bukan berasal dari Musa. Itu sebabnya semak duri itu tidak terbakar. Musa akan dipakai luar biasa oleh Tuhan, tapi harus tetap rendah hati. Tuhan yang memakai Musa, dan Musa adalah orang yang paling rendah hati dari semua manusia di muka bumi ini. Ketika satu hari gembala-gembala Abraham dan Lot berkelahi, dan sebenarnya di belakangnya adalah tuannya. Akhirnya mereka konflik dan menyatakan harus berpisah. Ketika berpisah, Abraham mengatakan jika Lot ke kiri maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan maka aku ke kiri. Ini ciri orang yang rendah hati. Ada seorang yang bernama Harold Ockenga, jika kita tahu sekolah teologi bernama Gordon Conwell Theological Seminary. Sekolah ini memakai nama Gordon dan Conwell, tapi tidak ada nama Ockenga. Padahal dia termasuk salah satu pendirinya. Kita juga tahu Fuller Theological Seminary, juga tidak ada nama dia, padahal dia adalah salah satu pendirinya. Lalu Billy Graham yang waktu itu hanya berkhotbah kepada massa 3.000 orang. Ockenga undang dia untuk berkhotbah di Park Street waktu gereja itu berusia 150 tahun. Ockenga berkata kepada Billy Graham, engkau harus berkhotbah di sini, saya akan mengadakannya di Boston Common. Itu satu tempat yang dekat sekali dengan gereja Park Street, dan akhirnya yang hadir begitu banyak, sampai mencapai 50.000 orang. Sejak itu massa yang hadir dalam khotbah Billy Graham tidak pernah kurang dari itu. Itu karena Ockenga, dia adalah orang yang bekerja di belakang layar. Ketika dia sudah sekarat dan hampir mati, maka satu per satu majelis dan tua-tua datang kepada dia dan menyampaikan perkataan terakhir, “Harold jika engkau bertemu Tuhan Yesus, katakanlah saya adalah hamba yang setia”. Semua bicara perkataan yang sama, sampai pada orang yang terakhir, seorang tua-tua yang paling tua di situ, dia mengatakan, “Harold, ketika engkau menghembuskan nafas terakhir, lalu bertemu dengan Tuhan Yesus, maka katakanlah perkataan ini: “Tuhan kasihanilah saya”. Lalu Harold menganggukkan kepala dan air mata mengalir. Mengapa harus berkata Tuhan kasihanilah saya? Tuhan berkata kepada Yosua, engkau sudah tua dan lanjut umur. Tapi masih banyak daerah yang belum dimenangkan olehmu. Artinya Tuhan mau mengatakan kepada Yosua bahwa pekerjaannya selama ini tidak efektif. Kita sering berpikir berapa yang kita sudah dapat, tapi tidak pernah berpikir berapa yang sudah hilang!

Kedua, apa arti kata lemah lembut di sini? Jikalau seseorang rendah hati, pasti akan bisa mengontrol dan menguasai dirinya sendiri. Dalam Galatia 5:23, ada kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ada sembilan buah Roh dan penguasaan diri adalah salah satunya. Jadi setiap orang Kristen harus memiliki itu, kita tidak bisa memilih karena itu hanya satu buah. Maka itu berarti satu dengan yang lain tidak saling bertentangan. Tapi justru memiliki kaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Penguasaan diri itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang menguasai hati dan pikiran kita. Maka ketika kita berpikir, berbicara dan bertindak akan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ini artinya penguasaan diri. Ketika kita melihat pembuangan di Babel, ada para pemuda bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka bisa mengendalikan diri dan tidak mau menajiskan diri dengan santapan dan minuman raja. Bagaimana makanan dan minuman raja bisa menajiskan mereka? Padahal makanan waktu itu memang bisa daging kuda atau babi, dan juga bisa minuman anggur. Tapi mengapa itu semua menajiskan, padahal itu adalah satu buah yang tidak mungkin bisa menajiskan. Mengapa Daniel memutuskan tidak makan dan minum anggur ? Karena saat itu makanan dan minuman itu sebelum diberikan kepada mereka, diberikan kepada berhala terlebih dulu. Dipercaya tanpa makanan dan minuman itu mereka tidak mungkin bisa menjadi pintar dan hebat. Tapi Daniel tidak mau menajiskan dirinya, maka dia menolak dan minta diberikan hanya sayur dan air putih selama 10 hari. Akhirnya setelah 10 hari maka dilihat bahwa Daniel dan teman-temannya malah punya kekuatan yang jauh lebih baik. Lemah lembut itu mengendalikan diri. Dengan kata lain lemah lembut itu sabar. Tapi William Barclay mengatakan lemah lembut bukan hanya sekedar sabar, tapi lemah lembut juga harus juga memiliki kemarahan Tuhan. Maka lemah lembut itu bukan hanya sekedar self-control, tetapi juga God control. Ini berarti ketika kita melihat satu dosa, orang yang lemah lembut itu akan memiliki amarah Tuhan. Kita melihat Musa adalah orang yang paling lemah lembut. Tapi ketika dia turun dari gunung setelah menerima dua loh batu dan melihat bangsa Israel sedang menyembah anak lembu emas. Maka Musa melemparkan dua loh batu itu sampai hancur! Amarah Musa di sini adalah amarah yang kudus dan benar. Orang yang lemah lembut bukan hanya memiliki self-control tapi God control. Mempunyai amarah Tuhan. Kita juga melihat Daud dan Goliat. Eliab, kakaknya menghina Daud. Tapi bagi Daud itu masalah kecil. Soal tersinggung dan masalah pribadi lainnya, Daud tidak marah. Tetapi ketika Daud mendengar Goliat melecehkan umat pilihan Tuhan. Daud marah, dia berkata, “Siapa orang Filistin yang tidak bersunat itu, berani menantang Allah!” Daud begitu marah! Kita melihat orang yang lemah lembut itu bisa menguasai diri, sampai ketika dia melihat dosa, maka dia tidak bisa lagi sabar! Kemarahan itu bukan masalah pribadi. Ketika kita melayani, masalah pribadi adalah masalah Kedua. Kita harus menjadi orang yang bisa mengendalikan diri. Tetapi ketika marah itu adalah marah kepada dosa, maka di situ kita marah! Jadi lemah lembut di sini artinya menguasai diri, juga bukan hanya self-control tapi God control.

Ketiga, yang Pertama lemah lembut artinya rendah hati. Kedua, lemah lembut berarti menguasai diri, bukan hanya menguasai diri tapi juga memiliki amarah Tuhan! Ketiga orang yang lemah lembut itu adalah orang yang berserah kepada Tuhan. Kita melihat jika kita ada dalam God control, ketika Tuhan marah, maka kita harus marah! Maka apapun yang terjadi di dalam hidup kita, kita berserah kepada Tuhan. Kita melihat dua anak laki-laki Harun yang baru saja menjadi imam, ketika mempersembahkan korban bakaran dengan memakai api asing di hadapan Tuhan! Lalu Tuhan membunuh mereka dan Harun berdiam diri setelah Tuhan membunuh Kedua anaknya. Daud adalah orang yang begitu lemah lembut. Ketika Daud berbuat dosa, Tuhan memberikan tiga pilihan, dan dia harus pilih salah satu. Hukuman yang Pertama, 3 tahun kelaparan; hukuman yang Kedua, 3 bulan kamu lari dari musuh. Hukuman yang Ketiga, 3 hari pedang Tuhan berupa penyakit sampar. Daud sangat sedih ketika harus memilih di antara 3 hukuman itu. Maka Daud mengatakan bahwa dia memilih hukuman yang langsung dari Tuhan. Lebih baik saya berada di dalam tangan Tuhan, daripada saya berada di dalam tangan manusia. Lalu ada satu kalimat, karena ketika Tuhan menghukum saya, di situ saya melihat juga kasih sayangNya yang besar. Tuhan di dalam keadilan dan penghakimanNya, di situ juga kita melihat cinta kasihNya yang besar. Dalam Wahyu 3:19, Tuhan berkata, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Ketika kita melihat hajaran dan tegoran Tuhan, di situ juga kita harus melihat cinta kasih Tuhan. Ini yang diimani oleh raja Daud. Bapak gereja Agustinus mengatakan satu kalimat, “No love without justice”. Tidak ada kasih tanpa keadilan Tuhan, karena justru di dalam keadilanNya kita melihat kasihNya. Murka Tuhan adalah ukuran dari cinta kasihNya. Orang semacam ini adalah orang yang lemah lembut, orang yang berserah kepada Tuhan. Ketika kita mendapat ujian yang begitu berat, di situ akan terlihat apakah kita orang yang lemah lembut atau bukan! Dalam Galatia 6:1a, “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut”. Ini artinya kita harus memadukan amarah dan kasih Tuhan. Sehingga tanggung jawab kita adalah bahwa orang harus dikembalikan kepada jalan yang benar. Kita harus marah karena keadilan Tuhan, tetapi kita harus mengasihi orangnya. Seperti ketika Yusuf yang melihat Maria sudah hamil, maka dia berpikir untuk menceraikan Maria, ini adalah keadilan, dan dicatat ‘dengan diam-diam’. Karena jika dia umumkan, maka Maria langsung dirajam dengan batu! Mengapa diam-diam? Karena dia ingin pertobatan! Sekalipun, Maria mungkin akan menikah dengan orang lain, Maria harus diberi kesempatan. Ini memadukan cinta kasih dan keadilan Tuhan. Mengapa kita berserah kepada Tuhan? Karena kita sudah memiliki bumi, kita pasti ada di dalam langit dan bumi yang baru. Ketika kita diperlakukan tidak adil, kita harus tetap berserah kepada Tuhan. Mengapa? Karena kita memiliki bumi. Ini artinya, kita akan memerintah bersama dengan Kristus, di dalam langit dan bumi yang baru. Dalam Ibrani 10:34, “Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya”. Ketika kita mengalami ketidakadilan, bukan hanya karena Allah itu kasih dan adil. Tetapi juga karena kita telah memiliki langit dan bumi yang baru. Kita akan hidup dan memerintah bersama dengan Kristus di dalam langit dan bumi yang baru. Orang yang lemah lembut adalah orang yang rendah hati, yang mau menyangkal diri dan berserah kepada Tuhan. Amin

 

Ayat Alkitab: Matius 5:6

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Ini adalah ucapan bahagia yang ke empat. Ketiga ucapan bahagia yang pertama bersifat pasif, tetapi dalam ucapan yang ke empat, kita belajar bahwa sebagai seorang Kristen kita bersifat aktif. Lapar dan haus adalah sebuah keinginan. Manusia dan keinginan adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Kita diciptakan dengan keinginan; menikah, menjadi orang kaya, memiliki anak, dsb. Maka jika ada kerinduan dan keinginan, itu adalah hal yang wajar. Tetapi Alkitab memberikan batasan. Ketika menginginkan sesuatu, Gal. 5:23 mengingatkan kita bahwa salah satu dari buah Roh adalah penguasaan diri. Ketika ingin memiliki anak, tetapi di dalam kedaulatan Allah tidak memiliki anak, maka bukan berarti kita boleh sampai cerai lalu menikah lagi agar mendapatkan anak. Menginginkan menjadi kaya itu wajar, tetapi ketika tidak tercapai kemudian mencoba menghalalkan segala cara, maka itu salah. Haus dan lapar akan kebenaran, dan bukan akan hal jasmani. Lapar dan haus disini dikaitkan dengan kebenaran. William Barclay mengatakan bahwa ketika kita membaca lapar dan haus dalam bagian ini, maka harus dilihat dari konteks Israel pada saat itu. Jika seseorang adalah pekerja biasa, mendapatkan gaji, makan daging seminggu sekali, maka tidak dikategorikan sebagai orang miskin dan lapar. Pada saat itu air begitu minim. Ketika dikatakan lapar, maka bukan lapar biasa, melainkan sungguh-sungguh membutuhkan, jika tidak makan maka akan mati. Ketika dikatakan haus juga bukanlah haus biasa, yang minum air sedikit sudah lega. Haus yang dimaksud adalah haus yang sudah sampai dehidrasi. Berada dalam suatu situasi yang kekurangan air, sehingga jika tidak dirawat segera maka orang itu akan mati. Apa artinya lapar dan haus akan kebenaran yang dimunculkan Roh Kudus dalam hati setiap orang Kristen?

Pertama, orang itu berarti sudah pernah menikmati kelaparan. Orang Kristen sudah pernah menikmati kebenaran yang kemudian membuat dia haus akan kebenaran itu. Setiap orang percaya alami proses justification, dibenarkan secara status di hadapan Tuhan. Kita yang semula adalah musuh-musuh Allah tetapi melalui kebenaran Kristus kita dijadikan anak-anak Allah. Kristus menanggung dosa-dosa kita sehingga kita adalah orang yang begitu dikasihi Tuhan. Pembenaran di hadapan Allah, bukanlah upaya kita tetapi semata anugerah Tuhan. Herman Selderhuis, dalam seminarnya, mengatakan bahwa Martin Luther hidup di dalam situasi dimana manusia begitu takut akan murka Tuhan. Untuk dapat diselamatkan, manusia harus berbuat baik terlebih dahulu, setelah itu baru Tuhan akan mempertimbangkan berat antara kebaikan dan dosa manusia. Jika dosa lebih berat, maka manusia harus masuk dalam api penyucian. Pada saat itulah Allah di hadapan mereka adalah Allah yang begitu menakutkan. Ayah dari Martin Luther mengharapkannya untuk bisa menjadi ahli hukum. Tetapi Luther ingin menjadi biarawan karena dengan demikian dia pikir dia dapat menjauhkan diri dari pencobaan, cenderung berbuat baik. Dia pun memutuskan untuk menjadi biarawan dan selibat. Tetapi setelah itu pun dia tetap frustasi. Dia minta belas kasihan Tuhan. Roh Kudus pun memimpin dia, ketika dia membaca Roma 1:17 bahwa orang benar hidup oleh iman, dia begitu kaget. Ternyata kebenaran bukan bergantung pada diri tetapi pada Kristus. Kebenaran bukanlah sesuatu yang dia realisasikan dalam hidupnya, melainkan kebenaran pasif (sesuatu yang diterima). Allah adalah Allah yang memberikan, baru memerintah. Disana dia melihat cinta kasih Tuhan yang begitu besar.

Kata kebenaran dalam bagian ini artinya bukan hanya kebenaran secara status, tetapi adalah kebenaran secara tindakan juga. Bukan hanya benar di hadapan Allah, tetapi menuntut bagaimana kita hidup dengan benar di hadapan Allah (pengudusan). Status sebagai anak Allah itu satu hal, tetapi hidup benar itu hal lain. Ini yang dituntut dengan haus dan lapar akan kebenaran. Dibenarkan saja tidak cukup, kita harus merealisasikan ini dalam pengudusan. Kebenaran secara status dan kelakuan tidak boleh dipisahkan. Justification tidak mungkin tidak menuju pada sanctification. Sebuah ujian apakah kita benar adalah orang Kristen sejati adalah jika kita ingin hidup suci. Jika kita mengaku bahwa kita adalah anak Tuhan tetapi tidak memiliki kerinduan ini maka kita patut dipertanyakan. Selain dibenarkan, kita juga harus mengalami proses pengudusan. Sikap hidup kita haruslah haus dan lapar untuk hidup benar.

Kedua, haus dan lapar akan kebenaran akan muncul dalam diri orang Kristen ketika berbuat dosa. Pada saat itu, Roh Kudus akan menegur kita dan memimpin kita sehingga menimbulkan rasa lapar dan haus akan kebenaran. 1 Yoh 1:8 berkata Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Kita sudah dilepaskan dari kurungan dosa tetapi selama masih hidup di dalam dunia, kita tetap masih dapat berbuat dosa. Sambil kita masuk dalam proses pengudusan, sambil juga kita berbuat dosa. Tetapi ada perbedaan antara orang Kristen dan orang non-Kristen yang berbuat dosa. Dalam diri orang Kristen, ada Roh Kudus yang membuat dia lapar dan haus akan kebenaran. John Murray mengatakan bahwa dalam diri orang non-Kristen ada reigning sin (dosa yang memerintah). Menikmati berbuat dosa dan berkubang di dalam dosa. Sedangkan dalam diri orang Kristen, yang ada adalah surviving sin. Ada konflik setelah berbuat dosa, ada kegelisahan dalam dirinya. Muncul lapar dan haus akan kebenaran. Situasi yang mirip dengan Lot ketika dia berada di kota Sodom. Dia begitu menderita disana dan jiwanya tersiksa. John Stott mengatakan bahwa dari sana maka kita akan dipimpin pada pengakuan dosa.

Firman Tuhan mengatakan bahwa ketika kita lapar dan haus akan kebenaran maka kita akan dipuaskan.

1 Yoh 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Inilah bedanya orang Kristen dan non-Kristen. Dalam diri orang Kristen Roh Kudus menimbulkan lapar dan haus akan kebenaran yang memimpin kita mengakui dosa dan Tuhan akan menyucikan kita. Orang Kristen bukan hanya dipulihkan tetapi juga mengalami pertumbuhan iman. Roma 6:1-2 menuliskan Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Ada konteks dimana ada orang-orang yang diizinkan berbuat dosa, tetapi kemudian ada anugerah Tuhan sehingga dia dipakai Tuhan.

Roma 8:28 mengatakan bahwa Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Termasuk ketika di dalam kelemahan, kita jatuh di dalam dosa. Bukan berarti artinya ketika bertumbuh maka harus melalui perbuatan dosa. Tuan menumbuhkan iman percaya kita semata-mata karena anugerah-Nya begitu besar. Pertumbuhan orang Kristen seharusnya bukan melalui perbuatan dosa tetapi terutama ketika lapar dan haus akan kebenaran.

Roh Kudus yang ada di dalam hati kita sudah mewahyukan kebenaran Firman Tuhan. Kristus yang dinyatakan di dalam Alkitab akan membuat pengenalan kita kepada Yesus Kristus bertumbuh. Tetapi pengenalan tidak hanya berhenti di satu titik. Pengenalan kepada Tuhan makin hari makin mendalam, kita tidak berhenti. Haus dan lapar akan kebenaran adalah cara dimana kita bertumbuh sebagai orang Kristen menuju pada spiritualitas yang sejati. Arthur Pink mengatakan, Alkiab bukan catat berbahagialah orang yang mempunyai lapar dan haus akan kebenaran, melainkan yang Alkitab catat adalah berbahagialah yang melakukan lapar dan haus akan kebenaran. Kita harus menimbulkan rasa lapar dan haus akan kebenaran dengan sengaja. Pengenalan pada Kristus untuk menjadi lebih serupa dengan Kristus tidak berhenti. Kita bertumbuh terus-menerus melalui Firman Tuhan.

Yoh 4:14 Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Tuhan akan memberikan Roh Kudus dalam hati kita, keselamatan tidak akan hilang. John Stott mengatakan bahwa mata ait akan ada dalam manusia apabila kita terus meminum air yang hidup. Apabila kita terus mendengar Firman Tuhan yang menuntun hidup kita, maka kita dapat menjadi berkat bagi sesama kita.

Ketiga, orang yang lapar dan haus akan kebenaran akan mementingkan atau memprioritaskan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Di dalam hidupnya, orang tersbeut akan memprioritaskan kebenaran. Di dalam setiap aktivitasnya dia akan memprioritaskan Allah dan kerajaan-Nya. Tidak ada skala prioritas disini, hanya ada satu yaitu Tuhan dan kebenaran-Nya. Menempatkan Allah dan kebenaran-Nya di dalam setiap aspek kehidupan kita: baik di pekerjaan maupun keluarga.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:7

Eksposisi kitab Matius mengenai ucapan bahagia, kata murah hati disini adalah bukan hal yang natural, ini adalah salah satu karakter daripada murid Kristus. Murah hati adalah hasil pekerjaan daripada Roh Kudus. Di dalam kata aslinya murah hati itu adalah eleeoEleeo artinya mercy. Mercy itu artinya belas kasihan. Lebih tepat diterjemahkan adalah belas kasihan. Belas kasihan lebih daripada simpati dan pelaksanaannya harus ada tindakan yang konkrit. Murah hati lebih daripada joyness. Dermawan adalah murah hati. Hosea 6:6 Tuhan berkata kepada bangsa Israel “Aku lebih suka belas kasihan daripada korban sembelihan. Matius 23:23 Tuhan Yesus berkata “perpuluhan itu penting, kita diberikan perpuluhan untuk gereja Tuhan dan pekerjaan Tuhan itu sangat-sangat penting tetapi Yesus mengatakan “ada hal yang lebih penting daripada itu yaitu kesetiaan, belas kasihan, dan keadilan.” Eksposisi sebelumnya menyatakan bahwa mereka yang miskin di hadapan Allah, yang menangisi dosa-dosa mereka. Setelah melewati semua itu baru muncul murah hati.

Tiga hal tentang belas kasihan, yaitu yang Pertama kita melihat contoh orang yang murah hati itu di dalam Lukas 10:25-37 perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Di sini Tuhan Yesus bertanya diantara Ketiga orang ini, siapakah sesama manusia daripada orang Yahudi ini? Lalu kata orang-orang yang disitu termasuk orang Farisi. Dia yang telah menunjukkan belas kasihan. Orang Samaria ini adalah orang yang murah hati. John Piper ketika melihat cerita ini, menyatakan bahwa murah hati itu ada 4 ciri. Murah hati itu ada 4 elemen, elemen pertama ketika Alkitab melihat sesuatu yang begitu mengenaskan suatu kepahitan yang begitu luar biasa dan biasanya akibat dosa. Tidak ada orang itu yang berdosa tetapi ada dosa, misalnya Yahudi ini kemudian kenal dengan kejahatan yang begitu besar. Elemen yang Pertama kita melihat hal yang mengenaskan. Yang Kedua, ciri khas daripada murah hati yaitu muncul suatu belas kasihan. Yang Ketiga bukan sekedar ada timbul belas kasihan tapi ada tindakan nyata. Keempat, kita ketika menolong orang itu sekalipun orang itu adalah musuh kita. Pada perumpamaan ini Yahudi memusuhi Samaria bukan Samaria memusuhi Yahudi, tetapi orang ini dia tolong sekalipun itu adalah musuhnya. Musa melihat kakak perempuan Miryam itu sakit kusta akibat dosa, dia menolak kepemimpinan Musa, ketika Musa melihat kakak perempuannya timbul belas kasihan. Lalu dia berdoa kepada Tuhan. Dia memohon kesembuhan daripada Miryam. Musa adalah orang yang murah hati. Abraham adalah orang yang begitu murah hati. Ketika berita datang kepada Dia bahwa Lot sedang ditahan di kota Sodom. Lot dengan keluarganya itu ditawan, disitu ada timbul belas kasihan. Dia kemudian berusaha membebaskan Lot, meskipun Lot begitu kurang ajar dengan Abraham. Lot sudah dibawa daripada Kanaan, dari Ur-kasdim pergi ke tanah Kanaan, tetapi ketika Lot mempunyai harta yang sudah begitu banyak, dia mencoba melawan pamannya sendiri. Kita melihat Abraham sekalipun Lot sangat kurang ajar kepada dia, dia menyelamatkan Lot. Resikonya begitu besar, di sini saya mendapatkan suatu ciri daripada murah hati. Bukan hanya empat yang dikatakan John Piper, tapi ada unsur yang Kelima yaitu murah hati adalah suatu pengorbanan. Orang Samaria ketika dia berkorban, dia mungkin saat itu ada  perjalanan bisnis. Dia harus menyelesaikan, dia korbankan waktu, dia korbankan materi, dia pakai minyak untuk membalut luka dan mencuci luka-luka yang ada. Lalu dia membawa orang itu sampai ke tempat penginapan. Lalu dia memberi uang saat sampai di tempat penginapan. Pengorbanan yang paling besar yaitu musuh tetap mau menolong dia. Bukan hanya itu jalan dari Yerusallem ke Yerikho dikenal sebagai jalan darah karena terlalu banyak kecelakaan, banyak perampokan, banyak pembunuhan yang terjadi disitu. Agustinus mengatakan melihat hati orang Samaria ini. Ini adalah Tuhan Yesus, tidak ada orang yang lain bahkan ketika dia berkata saya akan pergi dan saya akan kembali dan menggantikan semuanya itu. Itu menuju kepada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Tuhan Yesus itu adalah sangat murah hati. Dia memiliki pengorbanan yang begitu luar biasa bukan hanya menjadi manusia tapi dia mati di atas kayu salib. Dia menanggung kutukan Tuhan yaitu murka daripada Allah bagi saudara dan saya yang memberontak kepada Dia. Yang telah memusuhi Tuhan bagi kita orang berdosa. Yohanes 15:13 mengatakan tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya kepada sesamanya. Tetapi kemudian Roma pasal yang kelima mengatakan untuk orang baik mungkin ada yang mau mati. Kita mau mati untuk orang yang kita kasihi. Tapi tidak ada yang mau mati bagi orang berdosa, kecuali Tuhan Yesus.

Hal Kedua mengatakan murah hati adalah orang yang mengalami kemurahan Tuhan. Urutan ucapan bahagia ini bukan suatu kebetulan dirancang oleh Tuhan Yesus suatu sistematika berpikir yang begitu jelas. Orang yang murah hati adalah orang yang miskin di hadapan Allah, bangkrut secara spiritual, orang yang telah menangisi dosa-dosanya, orang yang pernah memelas akan belas kasihan Tuhan. Itu adalah orang yang murah hati. 1Yohanes 4:19 mengatakan kita harus mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Setiap kita mengalami kasih, dan Allah yang begitu suci, yang begitu murni, dalam dan luas itu menyentuh hati dan disitu baru kita mengerti tentang kasih. Lalu kita boleh mengasihi sesama kita. Orang yang murah hati adalah orang yang pernah mengalami penyertaan Tuhan. Matius 18 perumpamaan tentang pengampunan. Cerita ini menyatakan orang yang mengalami murah hati yang begitu besar tidak ada jaminan dia bisa berubah. Lalu Matius 18:33, orang yang mengalami kemurahan yang begitu besar dalam kehidupannya. Tidak ada jaminan dia menjadi orang yang murah hati. Kita mengalami kemurahan Tuhan ada suatu peristiwa yang terjadi yang mengubah hati saudara dan saya. Mari kita membaca Yehezkiel 36:25-27.  Ayat 25 berbicara tentang pengampunan dosa dan penyucian dosa. Berbicara tentang penebusan di dalam Alkitab. Saudara mengalami kemurahan Tuhan pertama-tama kita dihapus dosanya dan disucikan tapi tidak hanya itu. Itu hanya sebagian proses, ada hal yang lain yaitu Roh Kudus dimateraikan di dalam hati kita. Hati kita menjadi batin yang baru. Kita memiliki hidup yang baru dalam 2 Korintus 5:17 Paulus mengatakan kamu adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu sekarang yang baru itu datang. Ini sudah membuktikan pembaca mengalami pembaharuan dari Tuhan ada spektakuler perubahan dalam hidup kita. Bukan hanya diampuni dosa tapi saudara dan saya dipulihkan lalu kita mengalami restorasi.  Suatu kali Musa melihat bangsa Israel yang mau dihukum mati oleh Tuhan. Tuhan ingin memusnahkan bangsa ini. Lalu Musa mengatakan “Tuhan saya minta engkau mengampuni dosa mereka. Jika tidak, hapuskanlah namaku dari kitab kehidupan.” Musa mengasihi bangsa Israel, seperti Tuhan mengasihi Musa. Inilah orang yang murah hati. Orang yang murah hati adalah orang yang mengalami kemurahan bukan hanya sekedar mengalami pengampunan dosa, penyucian dosa maka kita tidak akan kembali kepada hidup yang lama. Seseorang yang mengalami restorasi, mengalami pemulihan, hati yang baru, roh yang baru, batin yang baru, sehingga Saulus bisa menjadi Paulus bukan hanya sekedar mengalami penyucian dosa tapi dia mengalami Roh Kudus yang membuat hatinya menjadi baru, Roh yang baru dan batin yang baru. Di dalam Markus 3:17, Yohanes dan Yakobus ketika Tuhan Yesus merekrut dua orang saudara boanerges. Boanerges artinya adalah anak-anak guruh. Anak-anak guruh adalah cepat emosional, cepat naik pitam, cepat tersinggung. Semua dalam Lukas pasal yang ke 9, ketika Tuhan Yesus menegaskan untuk pergi ke daerah Samaria, maka Tuhan menyuruh untuk menyiapkan tempat baginya untuk membuat acara bersama-sama. Ketika mereka sampai di Samaria, mereka berdua ditolak. Lalu mereka berdua kembali, ini adalah anak-anak badai langsung emosi dan naik pitam. Lalu mereka mengatakan “Tuhan maukah engkau menyuruh kami berdoa kepada Tuhan di langit? Untuk mengurapi kami, dan api membakar habis semua orang Samaria ini.” Ketika Elia berdoa untuk minta api dari langit, dan saat api itu turun membakar semua persembahan empat ratusan nabi Baal harus dibunuh. Sodom dan Gomora, api belerang dari langit itu menghanguskan kemudian menghapus semua orang-orang Sodom dan Gomora. Itu artinya penghakiman hukuman Tuhan. Mereka ini begitu kejam dan tidak punya belas kasihan. Tapi ketika Tuhan Yesus di atas kayu salib, semua murid-murid itu kocar-kacir hanya ada Yohanes di bawah kaki salib Tuhan Yesus lalu melihat ke atas, ketika melihat salib Kristus, Roh Kudus masuk ke dalam hatinya, merubahnya menjadi ciptaan yang baru. Lalu dia berkata dalam 1Yohanes 3:16. Kristus sudah menyerahkan nyawa bagi kita, itu sebabnya kita harus menyerahkan nyawa kita bagi saudara-saudara kita. Kalau tadi ada orang yang menolak Dia, Tuhan bisa hakimi dan bunuh semua. Tapi kali ini Dia mau sampaikan kalau orang sampai tidak menerima Yesus, kalau Dia harus rela mati untuk keselamatan orang-orang ini. Ini merupakan pengorbanan yang luar biasa 180 derajat. Kita dapat melihat Roh Kudus telah masuk ke dalam hati dia. Dia mengalami kemurahan Tuhan seperti Kristus yang telah mati bagi kita. Kita pun mati bagi saudara-saudara kita. Hati yang mengasihi engkau dan engkaupun harus mengasihi yang lain, maka harus ada Roh Kudus dan ini namanya pertobatan yang sejati yang mengubah saudara dan saya. Orang yang murah hati adalah orang yang pernah mengalami kemurahan Tuhan. Roh Kudus yang mengubah hatinya. Kita murah hati karena Tuhan itu murah hati kepada kita. Yang Pertama kita sudah melihat arti daripada murah hati. Yang Kedua siapakah orang yang murah hati? Kita tentu tahu siapa. Yang Ketiga, yaitu kalimat Tuhan Yesus “berbahagialah orang yang murah hati karena mereka yang beroleh kemurahan Tuhan.” Tuhan Yesus tidak mengajarkan melalui kemurahan Tuhan kita harus menjadi orang yang murah hati. Ini bukan arti daripada kalimat ini, bukan juga berarti kita menjadi murah hati supaya mendapat kemurahan Tuhan. Alkitab tidak mengajarkan kita harus murah hati baru kita diselamatkan, satu-satunya cara untuk menjadikan kita orang yang murah hati, kita harus miskin di hadapan Allah. Kita harus bangkrut secara spiritual, kita harus menangisi dosa kita, kita harus memohon belas kasihan Tuhan. Saudara dan saya menjadi murah hati hanya semata-mata minta belas kasihan Tuhan dan memohon anugerah Tuhan, tidak ada yang lain. Itu adalah arti yang Pertama. Lalu arti yang Kedua adalah orang Kristen tetap butuh kemurahan Tuhan. Saudara kalau kita tidak memperoleh kemurahan Tuhan yang sudah menyelamatkan hidup kita tapi kita tetap berbuat dosa dan kita tetap butuh kemurahan Tuhan. Yesus mengatakan “ketika engkau dan saya murah hati maka kita akan mendapatkan kemurahan Tuhan ketika kita berdosa Tuhan akan tetap bermurah kepada kita.” Ini bagaikan doa Bapa kami yaitu “Tuhan ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kita sudah diampuni oleh Tuhan dan sudah menjadi orang Kristen dan harus mengampuni sesama agar saya dapat mengampuni dosa-dosamu yang tiap hari kamu buat. Mazmur 66:18, jika kita tidak murah hati kepada sesama, dan tidak mengampuni sesama kita, ketika kita meminta Tuhan mengampuni dosa kita, maka Tuhan tidak akan mendengar seruan doa kita. Yesaya 59:2, dosa yang terselimuti di dalam hidup kita memisahkan kita dari Tuhan, kita harus mengakui dosa kita, mengampuni sesama kita. Tapi bukan hanya itu, hal yang lebih serius daripada itu yaitu didalam penghakiman Tuhan nantinya ketika Tuhan datang kedua kali Tuhan akan bermurah hati kepada kita tergantung kepada kita murah hati atau tidak. 2Timotius 1:16-18a, dalam penghakiman yang terakhir, Tuhan akan menunjukkan belas kasihan kepada engkau dan saya atau tidak, tergantung kita adalah orang yang bermurah hati atau tidak dalam dunia ini. Setelah mengalami keselamatan dan setelah mengalami kemurahan Tuhan. Hari penghakiman sudah menanti kita, tetapi lebih daripada itu mungkin engkau dan saya belum pernah menjadi orang yang percaya. Mungkin Roh Kudus masih belum ada di dalam hati kita. Kita tidak ke gereja, kita tidak datang perjamuan kudus, tidak disidi dan dibaptis, tapi kita bukan orang percaya itu sebabnya kita tidak merciful. Orang Farisi adalah bukan hanya rajin ke bait Allah tapi dia juga ke bait Allah untuk membaca Alkitab dan dia hafal ayat-ayat dalam Alkitab. Orang Farisi yang kelihatan begitu mencintai Firman Tuhan. Tapi ketika satu kali ia datang ke bait Allah, dia melihat ada pemungut cukai datang disitu. Ketika ada pemungut cukai yang mau datang seharusnya ia mengucap syukur kepada Allah, karena ada orang yang begitu mau datang ke bait Allah. Tetapi dia mencemoohkan dan mengolok-olok. Dia menghina pemungut cukai itu setelah itu Tuhan Yesus mengatakan “si Farisi ini pulang ke rumah bukan sebagai orang yang dibenarkan Allah dengan kata lain orang farisi adalah bukan umat Tuhan. Belum pernah mengalami kemurahan hati yang sejati. Kiranya Firman Tuhan menguatkan setiap kita. Amin.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:8

Tuhan Yesus menekankan tentang kesucian hati. Kesucian adalah sifat Tuhan yang sangat menonjol. Musa ketika dipanggil, dia melihat semak duri tapi tidak terbakar. Ketika ia mendekat terdengar suara, lepaskan kasutmu, sebab tempat yang engkau injak adalah tepat yang kudus. Nabi Yesaya, ketika dia bertemu dengan Tuhan, dia sadar celakalah aku, aku orang yang najis. Dia sadar kesucian Tuhan. Dia melihat serafim dengan enam sayap: dua sayap dipakai menutupi muka, dan dua sayap menutupi kakinya, dan dua sayap digunakan untuk melayang-layang. Mereka berkata suci, suci, suci. Itu adalah untuk Allah Tritunggal. Suci yang Pertamauntuk Bapa, yang Kedua Anak, dan yang Ketiga untuk Roh Kudus. Iblis tidak bisa meniru kesucian Tuhan. Agama lain tidak mungkin mengandung kesucian. Tuhan menuntut umat pilihan kudus, sebab Tuhan kudus. Kesucian adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Tuhan Yesus berkata berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Kita melihat bagaimana kita bisa menjadi orang yang suci hatinya. Apakah artinya suci hati?

Pertama, Tuhan menekankan kesucian hati. Hati adalah segala-galanya di dalam hidup manusia. Hawa sebelum makan buah, dikatakan buah itu menarik hatinya. Ketika Kain mau membunuh Habel, hatinya panas. Ketika nabi Samuel ingin mengurapi anak-anak Isai menjadi raja, dia melihat mereka yang perawakannya tinggi dan perkasa. Tuhan mengatakan bukan mereka semua. Ia berkata, manusia melihat yang di depan mata, tapi Tuhan melihat hati. Hosea 6:6, Tuhan berkata yang Ia sukai adalah hati yang berbelas kasihan, bukan korban sembelihan. Kita memberikan perpuluhan memang penting sekali, tetapi yang jauh lebih penting adalah hati manusia. Francis Schaeffer mengatakan “I do what I think, and I think what I believe.” Di dalam pikiran ada roh pikiran, kehendak, dan emosi yang menguasai kita. Itulah hati yang menggerakkan segala sesuatu. Apa artinya kesucian hati? Murni. Hati yang murni adalah hati yang tulus. Ketika Daud mendengar Goliat menantang umat kepunyaan Tuhan. Lalu Daud begitu marah. Ia berkata siapa orang yang tidak bersunat berani menantang Tuhan? Lalu Daud maju. Tapi sebelum Daud maju, ia mendengar barangsiapa menang ia akan dijadikan menantu raja Saul. Di sini apakah Daud masih tetap tulus untuk melawan Goliat karena orang itu telah menghina Tuhan atau ditambah dengan keinginannya untuk menikah dengan putri Saul? Daud tetap memiliki hati yang tulus. Kedua, Hendriksen mengatakan hati yang murni adalah hati yang tidak munafik. Munafik berarti inside dan outside ada tension. Orang yang munafik adalah orang yang memakai topeng. Di luar bisa tersenyum tetapi di dalam hatinya penuh sumpah serapah. Dalam Markus 7:6, Tuhan berkata “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu.” Kita bisa memberikan perpuluhan dengan begitu taat, tetapi kita memeras karyawan kita. Ketika Yudas mencium Yesus, ia berkata damai sejahtera. Mencium itu tanda cinta kasih, tetapi dia sudah katakan ketika saya cium, tangkap Dia! Ketiga, Ferguson mengatakan hati yang murni adalah undivided heart. Hati yang tidak mendua. Matius 6:24 mengatakan bahwa kamu tidak bisa menyembah Allah sekaligus menyembah mamon. Kamu tidak bisa mengasihi Allah sekaligus kamu mengasihi uang. Apa yang paling kita kasihi di dalam hidup kita? Tuhan atau yang lain? mengapa di dalam sejarah gereja mula-mula, orang Kristen waktu itu dianiaya? Mereka bebas untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan, tetapi mereka juga diminta menyembah kaisar sebagai Allah. Pada saat itu orang Kristen berkata bahwa mereka tidak mau mendua hati dengan menyembah Yesus dan kaisar. Harus memilih salah satu! Lalu muncul satu kalimat: if Jesus is not the Lord of all, He is not the Lord at all. Jika Yesus bukan Tuhan dari semuanya, maka Ia bukan Tuhan itu sendiri. Tidak boleh ada sinkretisme di dalam iman percaya.

Kedua, kita melihat bagaimana kita bisa menjadi orang yang suci hatinya? Kita tahu sejak manusia lahir, ia sudah berdosa. Daud berkata dalam mazmur 51:7, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Daud berkata ia sudah memiliki natur dosa bahkan sebelum dilahirkan. Yesus berkata dalam Matius 15:19, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” Ketika orang membunuh tidak menjadikan dia seorang pembunuh, tetapi kalau pembunuh pasti membunuh. Jadi bukan karena perbuatannya yang menjadikan dia pembunuh, tetapi karena hatinya sudah dendam, disitulah kemudian ia membunuh. Kita melihat bagaimana hati manusia di hadapan Tuhan. Dalam Yeremia 17:9, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Hati itu begitu licik, tetapi yang lebih celaka lagi adalah bahwa manusia tidak menyadarinya! Manusia tidak tahu kelicikan daripada hati, ini bahaya sekali. Bagaikan kita berjalan di tepi jurang, tetapi dia tidak sadar dia sedang berjalan di tepi jurang. Bagaikan orang yang sakit kanker tetapi tidak menyadari bahwa ia sedang sakit kanker. Dalam Mazmur 51:12, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh.”Dalam bahasa Inggrisnya create in me a clean heart o God. Daud memakai kata create. Ini adalah bara, yang pengertiannya out of nothing, dari tidak ada menjadi ada, artinya sungguh-sungguh baru. Hati yang baru bukan berarti hidup tanpa dosa. Kita melihat Abraham sebagai bapa orang beriman, bagaimana ia berkali-kali berbohong. Kita melihat Musa dalam transfigurasi, dia mendampingi Tuhan Yesus. Tetapi Musa tidak diperbolehkan masuk ke tanah Kanaan karena ketidaktaatan dia. Kita melihat rasul Petrus, seorang kepala dari rasul yang lain. Tetapi menyangkali Yesus sampai tiga kali. Kita melihat Paulus, prajurit yang terbesar setelah Tuhan Yesus, mengatakan batinku suka akan hukum Allah, tetapi anggota-anggota tubuhku ini tunduk kepada hukum dosa. Hati yang sudah diperbarui bukan artinya tidak berdosa sama sekali. Apa arti hati yang suci? John Calvin mengatakan bahwa ia mempunyai kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Bapa gereja Agustinus mengatakan kecelakaan manusia di luar Kristus, yaitu mereka mempunyai incurable sin. Dosa yang tidak mungkin disembuhkan, dimana mereka tidak sadar bahwa mereka adalah manusia berdosa. Orang yang suci hatinya adalah orang yang sadar bahkan dosa yang paling kecil, ia memiliki kepekaan yang luar biasa. Lot adalah orang benar, tetapi dalam 2 Petrus 2:8 dikatakan bahwa ketika ia berada di tengah-tengah kebejatan orang-orang kota Sodom, jiwanya yang benar begitu tersiksa. Hati yang suci bagaikan smoke detector yang paling baik, ada asap sedikit saja langsung bunyi. Sebelum kecelakaan yang lebih besar, ia sudah memberikan peringatan. Kita melihat hati yang suci memiliki kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Kita harus menjaga hati kita, Tuhan akan menjaganya. Dalam Efesus 2:2-3 dikatakan bahwa sumber dari dosa itu masuk ke dalam diri kita, secara eksternal dari dunia dan setan. Secara internal adalah nafsu kedagingan setelah mendapatkan rangsangan dari eksternal. John Bunyan mengatakan bahwa dosa masuk melalui eyegate dan eargate, dan dalam video porno, maka mata melihat dan telinga mendengar. Ketika itu masuk melalui mata dan telinga, maka nafsu kedagingan mulai muncul. Maka hati kita perlu di kalibrasi. Dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.”Ketika hati kita ada dosa, maka kita tidak bisa kontrol hati kita. Kita akan kembali melakukan hal yang sama. Daud tidak mengenal hatinya yang mengendalikan dia. Dia minta kepada Tuhan kenallah hatiku, ujilah aku dan lihatlah apakah jalanku serong. Maka tidak ada jalan lain selain kita berdoa di hadapan Tuhan, ujilah aku Tuhan, kenallah hatiku. Kita tidak bisa kontrol hati kita, itu sudah menjadi natur dalam pikiran dan hati kita. Maka solusi Pertama adalah melalui doa. Kedua, melalui firman. Dalam Ibrani 4:12, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Tidak ada cara lain, jika dalam eyegate dan eargate sudah masuk, dan diam di dalam keinginan kita, nefsu kedagingan kita. Maka kita hanya tinggal menunggu waktu. Jika mau selingkuh sudah tidak bisa apa-apa. Hari itu dia diperingatkan apapun oleh isterinya, itu hanya masalah waktu. Maka yang bisa membersihkan ini semua adalah melalui doa dan firman Tuhan.

Ketiga, berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Ini berarti ada jaminan keselamatan. Orang yang suci hatinya memiliki pengharapan hidup yang kekal. Ia akan hidup bersama Tuhan di surga. Dalam mazmur 24:3-4, Tuhan berkata siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus? Hanya mereka yang suci hatinya. Di sini kita melihat bahwa orang yang suci hatinya mendapat jaminan keselamatan dari Tuhan. Setelah kita sudah diperbarui, Tuhan akan menjaga keselamatan kita. Keselamatan itu tidak mungkin bisa hilang. Dalam Ibrani 12:14, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Ada satu tanda daripada orang yang hatinya suci yang akan menanti melihat Tuhan, yaitu dia harus mengejar kekudusan. Artinya jika Roh Kudus sungguh berada di dalam hati kita, maka kita akan mengejar kekudusan. David Koresh seorang yang mengajarkan ajaran sesat, dia mengatakan bahwa Yesus bukan Juruselamat yang sejati karena Ia tidak pernah berbuat dosa. Jika Yesus adalah Juruselamat yang sejati maka Ia harus berbuat dosa dan Ia menang melawan dosa itu baru Ia bisa menjadi Juruselamat. Ia bukan Imam Besar yang sungguh merasakan kelemahan kita karena Ia tidak pernah berbuat dosa. Maka ia mengatakan, saya lebih hebat dari Yesus, saya adalah juruselamat yang sejati. lalu ia melakukan segala macam kejahatan. lalu mengajak banyak pengikutnya melakukan kejahatan. Tetapi akhirnya ia tidak ditembak mati. Orang Kristen yang hatinya sudah suci dan diciptakan baru oleh Tuhan, maka Ia akan menjaga dan ada satu kecenderungan, kejarlah kekudusan. Berarti ia akan bertumbuh di dalam kekudusan. Ini adalah proses yang ia lakukan terus menerus dengan kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Orang Kristen yang sudah diperbarui hatinya, Tuhan pasti jaga sampai ia mati. Keselamatan kita sudah alami di dunia ini already and not yet. Kita sudah mengalami itu sekalipun belum sempurna. Jika kita yang sudah diciptakan hati yang baru maka Tuhan akan menyatakan kehendakNya kepada kita. Kemudian kita menikmati kehadiran dan penyertaan Tuhan di dalam dunia ini bagi siapa yang suci hatinya, yang sudah diperbarui hatinya. Dalam Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Ketika kita mengatakan mati adalah keuntungan artinya kita bertemu Tuhan muka dengan muka. Kita hidup bersama dengan Tuhan di dalam kekekalan. Tetapi Paulus menegaskan hidup di dalam dunia inipun, dia mengatakan bahwa itu adalah Kristus. Dalam Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.” Jadi kita hidup di dalam dunia ini bukan lagi kita yang hidup tetapi Yesus hidup di dalam diri kita. Artinya kita tidak semata-mata mengalami penyertaan dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Tetapi melalui hidup kita, kita bersaksi untuk Kristus. Dalam Yohanes 4:14, Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria, “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kita mengalirkan mata air keluar, dan mata air kecil itu artinya sudah tidak mungkin kehausan lagi. Jadi kita bukan hanya mengalami penyertaan Tuhan, tetapi lebih daripada itu, kita menjadi saksi bagi Tuhan. Dalam Yohanes 8:12 ketika Yesus berbicara tentang terang. Ia mengatakan, “Akulah terang dunia; barangsiapa megikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Ia bukan hanya tidak hidup lagi dalam kegelapan, tetapi ia menjadi terang hidup. Ketika Tuhan Yesus sebagai terang, kita bukan hanya di dekat Tuhan dan merasa tidak lagi kegelapan, tetapi Roh Kudus diberikan di dalam hati kita sehingga kita bisa menjadi terang itu untuk menerangi sekitar kita. Sehingga orang lain bisa tertarik dan mencicipi mata air di dalam diri kita yang begitu sedikit, untuk mencicipi sumber mata air di dalam Tuhan Yesus. Barangsiapa yang melihat terang yang begitu kecil lalu mengikuti kita, sehingga kita menuntun mereka kepada terang yang besar itu. Tuhan berkata berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Amin.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:9

“Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Ini adalah ucapan bahagia yang ketujuh. Di dalam ucapan bahagia, empat yang pertama kita melihat itu dalam posisi yang pasif. Di dalam empat ucapan bahagia yang Pertamadikatakan kita miskin dihadapan Allah, kita berdukacita, kita lemah lembut, kita mengalami lapar dan haus akan kebenaran Allah, tetapi setelah itu,tiga setelah ini, termasuk yang ini mempunyai sifat aktif: berbahagialah orang yang murah hati, suci hati dan pada bacaan kita hari ini, berbahagialah orang yang membawa damai.Orang yang membawa damai adalah orang yang sudah memiliki damai.Apa artinya? Ketika Yesus mengatkan orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Ada tiga hal disini:Yang Pertama, kita melihat apa arti membawa damai di dalam bacaan kita, dalam bahasa inggris itu artinya peace. Di dalam bahasa Ibrani di pakai kata’ shalom’. Shalom didefinisikan sebagai completeness, wholeness, sebagai suatu keutuhan, sesuatu yang sudah komplit yang sudah tidak bisa ditambahkan lagi. Shalom ini bukan hanya mempunyai sifat yang negative artinya,harus menjauhkan segala kejahatan tetapi, juga positif, artinya melakukan sesuatu yang terbaik, yang highest good. Jadi,jika orang Kristen berkata ‘shalom’ kepada orang lain dia bukan hanya mengharapkan segala kejahatan lepas dari orang itu tetapi juga kita mengharapkan sesuatu yang terbaik di dalam hidup dia. Kalau kita bicara tentang shalom di dalam pengertian orang Yahudi, true shalom, shalom yang genuine, shalom yang sejati itu hanya bisa diberikan oleh Allah. Shalom juga sering kali diartikan sebagai damai sejahtera Allah. Jadi waktu kita mengatakan shalom artinya ”Damai sejahtera Allah menyertai engkau.” Kalau damai sejahtera Allah itu menyertai orang itu bukan hanya lepas dari evil tetapi mendapatkan yang paling baik dalam hidup dia. Shalom artinya damai, itu damai antara dua pihak: Allah dan manusia. Ketika kita berbicara shalom artinya orang yang bersangkutan sudah didamaikan oleh Allah. Allah bukan lagi musuh dia. Alkitab mengatakan kalau kita menjadi musuh Allah, itu sesuatu yang sangat-sangat menakutkan. Di dalam Mat 10:28, Tuhan Yesus mengatakan “Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membinasakan jiwa. Takutlah kepada Dia yang dapat membunuh tubuh dan membuang jiwa ke dalam neraka.” Kalau kita menjadi musuh Allah, itu adalah sesuatu yang begitu mengerikan. Kita masih ingat cerita Ester, ada Haman yang mau men-genosite, memunahkan bangsa Yahudi, dan ini disampaikan kepada Hatta, sida-sida Yahudi dari pada Ester. Ketika Hatta sampaikan kepada Ester, Ester disuruh menghadap raja oleh Mordekai untuk memberitahukan ini, tapi Ester meminta Hatta menyampaikan kepada Mordekhai untuk  mengatakan bahwa sudah 30 hari raja tidak mengangkat tongkatnya, dan kalau raja tidak mengangkat tongkat emas dia maka jika ia berbicara ia akan mati. Namun, Mordhekai menyuruh Hatta untuk menyampaikan kepada Ester” Mungkin posisi dia ini dipakai untuk menyelamatkan umat Tuhan. Dan kalau dia tidak melakukan itu, ketahuilah ada pertolognan, ada kelepasan dari Pihak lain.” Kitab Ester adalah satu-satunya kitab yang tidak ada kata Allah, kata Tuhan di dalamnya. Mordhekai mengatakan “ Ada pertolongan, ada kelepasan dari Pihak lain.” Ketika itu terjadi, Ester dan seluruh pihak keluarga tidak akan terluput dari pada Pihak yang lain ini. Ester menimbang-nimbang, apakah dia takut kepada raja yang dapat membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa atau kepada Allah Yehovah yang bisa bunuh tubuh, binasakan jiwa. Kemudian Ester mengirim Hatta untuk memberitahukan kepada Mordekhai.“ Berpuasalah dan Berdoalah bagi saya, saya akan menghadap raja, biar kalau saya mati itu di dalam kedaulatan Allah.” Ketika Ester menghadap raja, sudah lama tidak pernah dipanggil,raja langsung mengangkat tongkat emasnya,artinya hidup Ester selamat.  Saudara, siapa yang kita takuti di dalam dunia ini? Sangat mengerikan ketika kita menjadi musuh Tuhan.Saya pernah sampaikan sebuah lukisan The Last Judgement. Ketika engkau dan saya menjadi musuh Allah itu adalah sesuatu yang menakutkan. Apa artinya shalom? Shalom artinya luput dari pada murka Allah. Sinclair Fergusson ketika membahas ini mengatakan, shalom artinya salvation. Shalom ini bukan peace tetapi dia memakai istilah reconciliation. Ada satu rekonsiliasi antara manusia dengan Allah setelah jatuh kedalam dosa. Allah yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Dalam Hakim-hakim 6:24 ada istilah” Yahweh Shalom” artinya The Lord of Peace, Allah kita adalah Allah damai. Ketika manusia memberontak, lalu Allah mencari dia, “Adam, Adam, dimanakah engkau?” Disitu Adam bersembunyi, dia takut karena dia telanjang. John Calvin mengatakan, Adam takut karena dia telanjang, mengapa? Telanjang disini bukan telanjang secara fisik, tetapi karena dosa. Dia takut akan Allah yang mahakudus itu kemudian akan menghancurkan dia. Dosa Adam dan Hawa adalah dosa yang sangat serius.Bukan saja tidak taat kepada Allah, tetapi dosa memberontak kepada Tuhan. Ketika iblis menggoda Hawa, ia mengatakan” Jika engkau memakan buah pohon ini makan engkau akan menjadi Allah atau menjadi seperti Allah?”Kalimat iblis itu menjadi seperti Allah. Menjadi seperti Allah itu sesuatu yang baik, menjadi serupa Kristus. Tetapi ketika iblis mengatakan” menjadi seperti Allah” ini adalah sesuatu yang jahat. Calvin ketika membahas hal ini mengatakan masalahnya point of reference nya. Ketika kita mau menjadi seperti Allah, point of reference-nya itu Allah, itu sesuatu yang positif. Tetapi ketika kita mau menjadi seperti Allah, point of referencenya itu diri kita, Allah kita turunkan, itu adalah dosa. Mau menjadi seperti Allah dengan point of referencenya manusia artinya kita telah memutlakan yang relative dan merelatifkan yang mutlak. Ketika point of referencenya itu kita, kita merelatifkan Allah yang mutlak menjadi sama seperti kita dan memutlakan kita menjadi seperti Allah. Ini suatu kejahatan yang luar biasa. Rom 1:25 mengatakan dosa manusia itu dia meninggalkan pencipta dan menjadikan ciptaan itu pencipta. Biasa berhala itu adalah ciptaan yang disembah menjadi pencipta. Ini merupakan suatu yang begitu serius. Ketika Adam bersembunyi, dia menutup ketelanjangannya dia dengan cawat dan Tuhan menyuruhnya untuk melepaskannya.Manusia berdosa menutupi dosanya dengan segala cara untuk apa ? supaya guilty feelingnya bisa dicabut. Dia buat agama untuk bisa mencuci dosa dia. Lalu Tuhan membunuh binatang dan menutup ketelanjangan manusia dengan kulit binatang. Manusia yang berdosa, binatang ini yang menanggung salah dan ini melambangkan anak domba Allah yang mati bagi dosa manusia. Allah yang berinisiatif mendamaikan manusia dengan diri Dia. Di dalam peristiwa Daud dan Batsyeba, mengapa Salomo yang harus menjadi raja, bukan anak-anak Daud yang lain yang lahir dari istri sahnya? , yang bukan istri hasil perselingkuhan. kemungkinan jawabannya seperti ini. Dalam 2 Sam 12:24, disitu Salomo dipanggil Yedijah yaitu yang dikasihi Tuhan. Salomo dikasihi Tuhan, tapi jangan lupa, kakaknya, anak Daud yang Pertamadengan Batsyeba mati ditulahi Tuhan. Daud dan Batsyeba yang berbuat dosa tetapi anak di dalam kandungan itu yang ditulahi mati. Kita tidak kenal, namanya tidak diberi tahu di dalam Alkitab. Tapi, saya mengatakan anak ini melambangkan Kristus. Kristus adalah Anak Daud. Saya mengaminkan ketika Pdt Stephen Tong mengatakan Daud itu punya Kristologi begitu kental. Salomo dipanggil Yedijah yang berarti dikasihi oleh Tuhan tapi jangan lupa sudah ada yang mati sebelumnya yang melambangkan Kristus. Disini saya melihat kristologi; Salomo, dia bukan saja dilepaskan dari kematian, tetapi dia juga mendapatkan sesuatu highest good sebagai peneerus Daud karena ada shalom Kristus, karena Kristus yang sudah mati. Di dalam Yoh 14:27, bukan saja damai sejahtera yang diberikan kepada kita, tetapi kita mewarisi Kerajaan Allah. Dalam Ef 2:10 kita bukan saja luput dari murka Allah tetapi dipercayakan untuk melakukan pekerjaan baik untuk memuliakan Tuhan. Ini artinya shalom, damai. Shalom, damai itu adalah anugrah yang begitu besar jikalau kita memiliki Shalom. Yang Kedua, Berbahagialah orang yang membawa shalom artinya berbahagialah orang yang membawa Injil Tuhan. Berbahagialah orang yang menyampaikan kabar baik kepada sesama. Hal ini yang Kristus katakan hal yang berbahagia. Mengapa? Supaya kita membawa damai,kita membawa shalom; yang Pertamakarena kita menghargai anugrah Allah yang begitu besar. Ketika kita mendapatkan Shalom, kita sukacita luar biasa tapi sekaligus kita mempunyai dukacita yang begitu dalam karena kita tahu Kristus itu mati menanggung dosa kita. 2 Kor 5:17 mengatakan Kristus tidak mengenal dosa tetapi dibuat oleh Allah Bapa menjadi dosa supaya kita bisa diselamatkan.John Calvin mengatakan ketika Kristus di kayu salib mengatakan “ Ya Bapa, ampunilah mereka” itu seperti Allah Bapa mempunyai 2 tangan: tangan kanan itu cinta kasih dan tangan kiri itu keadilan. Ketika Yesus di kayu salib harusnya tangan kanan diberikan kepadaNya dan tangan kiri diberikan kepada kita.Tapi, ketika Yesus berkata” Ya Bapa ampunilah mereka”maka, tangan kanan diberikan kepada kita dan tangan kiri diberikan kepada Yesus.Ini theologi silang, karena secara implisit Yesus mau mengatakan, “murkailah Saya dan ampunilah mereka.” Ketika kita membaca perkataan Yesus di kayu salib, kita begitu sukacita tetapi juga mencucurkan air mata karena melihat pengorbanan Kristus yang luar biasa.Selain dikatakan Nothing is free kecuali keselamatan. Tapi jangan lupa keselamatan itu mempunyai harga yang sangat mahal, darah Anak Domba dicurahkan diatas kayu salib.Kita tidak mau menyia-nyiakan pengorbanan yang Tuhan berikan, dan itu yang menjadi motivasi kita membawa Shalom. Yang Keduaadalah Orang yang membawa Shalom itu adalah rekan kerja Tuhan. Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya, Dia mengatakan” Ikutlah Aku dan engkau akan Kujadikan penjala manusia”. Ketika kita membawa shalom kita menjadi partner kerja. Tuhan menjadikan kita seperti Abraham, kalimat Abraham, dia diberkati untuk menjadi berkat. Kita diberkati bukan untuk ditahan secara egois tetapi untuk dibagikan. Sam Ratulangi konon mengatakan” Saya hidup untuk menghidupi.” Ketika Dia memanggil kita, Dia memberikan kita mandat yang begitu mulia, Dia memperlengkapi kita. Ketika kita membawa damai kepada sesame kita Paulus mengingakan kita pada 1 Kor 2, ketika kita membawa Shalom itu, dia tidak mengandalkan kekuatan hikmat tetapi bersandar pada kekuatan Roh. Yang Ketiga, ketika kita membawa damai, kita akan disebut anak-anak Allah. Mengapa kita membawa Shalom? Karena kita mempunyai hati yang sama dengan hati Allah Bapa yaitu hati yang mengasihi jiwa yang terhilang. Paulus mengatakan dalam 1 Kor 13 Barangsiapa melakukan penginjilan tetapi tidak ada kasih itu sia-sia. Kita bersyukur kita sudah diselamatkan dan kita berbuat baik, kita menginjili bukan dalam agama lain kita berbuat baik supaya bisa selamat. Ketika kita berbuat sesuatu itu hati yang genuine, hati yang sama dengan hati Bapa. Point yang terakhir , waktu kita membawa shalom,kita membawa damai, tidak sebatas penginjilan. Sinclair Ferguson mengatakan ketika kita melihat Shalom itu sebagai pembawa damai tidak terbatas pada penginjilan tetapi antara orang Kristen.1 Tes 5:15 mengatakan hiduplah dengan damai satu dengan yang lain. Hidup dengan orang Kristen di dalam damai, menjauhi kejahatan, memuliakan Tuhan itu juga merupakan suatu kesaksian damai. Firman Tuhan mengatakan kita harus proaktif, kalau kita yang bersalah kita yang harus pergi minta maaf, tetapi Firman Tuhan juga mengatakan kalau pihak lain yang salah, kita juga yang harus lebih dulu membawa damai. Tapi kalau hal-hal yang melawan iman Kristen, hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan kita tidak bisa untuk tidak konflik. Dalam Zak 8:19 dikatakan “Cintai kebenaran dan kedamaian”. 2 hal ini bersama-sama. Kebenaran dan kedamaian tidak bisa dikompromikan.Damai diantara orang Kristen bukan berarti damai yang kompromikan kebenaran Tuhan. John Stott mengatakan Shalom itu bukan hanya menjadi saksi diantara orang kristen tetapi harus diterapkan dalam masyarakat kita. Kita tetap bisa menjadi shalom di tengah-tengah masyarakat kita. William Burner mengatakan shalom itu peace maker, pembawa damai, bukan peace- lover, peace- lover itu pecinta damai, selama tidak gaduh dia akan melakukannya. Agustinus itu mengatakan, kebenaran dan kedamaian itu tidak bisa dikompromikan. Tuhan Yesus mengatakan Saya datang kedalam dunia bukan untuk membawa damai tetapi untuk membawa pedang, apa artinya? Jika satu orang yang percaya Kristus diantara keluarganya yang bukan Kristen, maka dia akan dikucilkan, dibenci. Artinya ketika seseorang mau menjadi orang Kristen dia harus memproklamasikan dirinya, harus mau menyangkal diri, dia harus memikul salibnya.Damai seperti apa yang Saudara mau bawa di dalam masyarakat? Kembali di sini kita pertaruhkan, apakah kita menjadi peace-makers atau peace-lovers. Mari kita berdoa, memohon belas kasihan Tuhan agar diberikan pemimpin yang baik, yang membawa Shalom, yang membawa damai, yang membawa kemuliaan Tuhan.

 

Ayat Alkitab: Matius 5:10-12

Ucapan bahagia yang baru saja kita baca “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran karena mereka yang empunya kerajaan Sorga” dan seterusnya. Ini adalah ucapan bahagia yang terakhir. Ketika Sinclair Ferguson membahas bagian ini, dia mengeluarkan satu kalimat begini: Ucapan bahagia yang ke 8 ini adalah ucapan bahagia yang klimaks tapi antiklimaks, apa artinya? Kita sudah melihat ucapan bahagia yang Pertama, miskin di hadapan Allah, berdukacita karena dosa-dosa, murah hati, suci hati, lemah lembut dan sebagainya, jadi peace-makers yang membawa kebenaran.Kalau kita melihat urutannya sampai yang ke 7, orang seperti ini harusnya diterima oleh dunia. Orang ini seharusnya adalah orang yang paling bisa disambut oleh dunia. Kalau kita mempunyai perusahaan, mempunyai universitas, kita seharusnya akan sangat menyambut mahasiswa yang mempunyai 7 ucapan bahagia ini, dan mendapat scholarshipyang full.Tapi dalam bacaan kita, orang yang seperti ini justru menjadi orang yang paling ditolak, bahkan dianiaya. Ini klimaks yang menjadi antiklimaks. Mengapa orang yang miskin di hadapan Allah, yang menangisi dosa-dosa dunia, mestinya dunia jangan tolak. Orang yang punya hubungan yang benar dengan Allah, right relationship. Kalau kita punya hubungan yang benar dengan Allah, hukum1 sampai 4 kalau kita sudah lakukan dengan benar maka hukum 5-10 itu menjadi sesuatu yang gampang. Jangan berzinah, jangan mencuri, jangan membunuh , dan sebagainya. Lalu dikatakan juga orang yang lemah lembut, orang yang mempunyai belas kasihan terhadap sesama. Orang seperti ini, masakah dunia ini tidak menyambut? Tadi dikatakan orang yang lapar dan haus akan kebenaran, artinya apa? Artinya orang yang mau terus-menerus instrospeksi diri dia. Orang yang membawa damai, dalam bacaan kita dikatakan orang yang dianiaya oleh dunia. Paul Marshall mengatakan setelah ia melihat agama-agama yang dianiaya, dia tiba pada satu kesimpulan: agama yang paling banyak dianiaya, frekuensi paling tinggi yaitu agama Kristen. Agama yang paling ditolak oleh dunia itu adalah agama Kristen. Apa artinya dalam bacaan kita.” Berbahagialah orang yang dianiaya oleh karena kebenaran, karena mereka yang empunya kerajaan Surga?” Lalu Yesus melanjutkan “Berbahagialah jika karena Aku kamu dicela, dianiaya dan difitnah segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di Sorga.” Demikian juga terjadi oleh nabi-nabi sebelum kamu.” Apa artinya? Ada tiga hal disini. Yang Pertama, bacaan ucapan bahagia kita yang terakhir ini mau mengatakan Alkitab melihat dunia ini adalah dunia yang memberontak, melawan Tuhan Allah. Dunia ini tidak netral. Itu sebabnya ketika Tuhan Yesus mengutus orang Kristen ke dunia, Dia mengatakan bahwa Aku mnegutus kamu seperti domba ditengah-tengah serigala. Pak Tong mengatakan ini pengutusan paling kejam yang pernah dilakukan di dunia ini, yaitu Tuhan Yesus mengutus orang Kristen ke dunia seperti mengutus domba ke tengah-tengah serigala. Tetapi dalam Yoh 15 Tuhan Yesus mengatakan “Ketika dunia menganiaya Aku, maka dunia juga akan menganiaya kamu.” Ketika engkau dan saya dibenci oleh dunia, ingat bahwa Tuhan Yesus juga pernah dibenci oleh dunia.Lalu ada satu kalimat, dalam bacaan itu” hamba tidak mungkin lebih tinggi dari tuannya.” Kebencian, aniaya yang dialami orang Kristen tidak mungkin melampaui apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Dunia ini tidak bersahabat dengan orang Kristen.Penganiayaan, penderitaan adalah sesuatu yang tidak bisa kita elakan. Dalam Matius 16 ketika Tuhan Yesus mendirikan gereja Dia mengatakan ”Saya mendirikan gereja dan alam maut tidak bisa menguasainya.” Tuhan Yesus mendirikan gereja buakn di daerah yang netral tetapi di daerah musuh.Tapi Dia berjanji satu hal, alam maut itu tidak akan menguasainya. Ketika dalam Matius 5:13-16 tentang garam dan terang dunia, artinya kita menjadi garam di tengah dunia yang sudah semakin busuk ini, kita mengawetkan. Kita lihat dunia ini gelap, kita menjadi terang yang menerangi dunia yang gelap itu.Dan tetap dalam Matius 5 ketika Tuhan Yesus mengatakan “Cintailah musuhmu”. Ketika Tuhan Yesus mengatakan “Cintailah musuhmu”, Dia take it for grantedkalau setiap orang Kristen itu punya musuh. Dia tidak mengatakan, jikalau engkau punya musuh, atau in case kamu punya musuh, tetapi Dia katakan, cintailah musuh-Mu. Dia sudah take it for granted, Dia sudah katakan setiap orang Kristen mau tidak mau pasti punya musuh. Yesus yang begitu sempurnapun punya musuh. Apa artinya orang Kristen punya musuh? Dalam bacaan kita dipakai satu grammar objective genitive, apa artinya?Musuh kita bukan orang yang kita benci tetapi orang yang membenci kita. Dia benci kita kenapa? Bukan karena ketidak jujuran kita, bukan karena kita memfitnah, bukan karena kita telah merugikan dia, melukai dia. Firman Tuhan mengatakan ketika kita hidup konsisten dengan Firman Tuhan, hidup yang tidak kompromi dengan dosa, pasti kita punya banyak musuh. Di sini kita sekali lagi melihat dunia ini tidak netral, dunia ini tidak bersahabat pada orang kristen. Dunia ini mlik Tuhan tetapi ingat waktu pencobaan di padang gurun, Iblis mau memberikan dunia ini kepada Yesus. Dia memperlihatkan seluruh kerajaan dunia, dan mengatakan sembahlah aku maka dunia ini akan kuberikan kepadaMu. Setan tahu dunia ini bukan milik dia, tetapi dunia ini sudah bobrok dan dia sudah porak-porandakan dunia ini sampai-sampai dunia ini mirip sekali dengan punya setan. Itu sebabnya dia mengatakan dunia ini kuberikan kepada-Mu, seolah-olah dia yang memiliki dunia ini karena dunia ini sudah begitu serupa dengan setan. Kita melihat dunia ini sudah berdosa, sinful aspect sudah merusak dunia ini begitu rupa, sehingga dalam 1 Yoh 2:15 itu begitu clear, jangan mengasihi dunia, dalam arti sinful aspect, aspek-aspek dosa. Tetapi kita melihat Tuhan Allah begitu mengasihi dunia, kita lihat dalam Yoh 3:16. Tuhan Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia mengaruniakan AnakNya yang tunggal, dunia dsini bukan berarti sinful aspect tapi dunia sebagai created order, sebagai creational design. Tuhan mau mengubah dunia yang rusak ini. Teologi inkarnasi, Dia mengutus AnakNya ke dalam dunia sehingga kita melihat, ketika kita menggarami dunia, kita membawa misi inkarnasi, misi Tuhan ke dalam dunia ini untuk mengawetkan dunia yang busuk, menerangi dunia yang gelap.Ketika Tuhan mengutus kita ke dalam dunia, teologi misi selalu menanyakan satu pertanyaan” who needs who?”siapa yang butuh siapa?” ketika orang Kristen datang, ia ditolak, lalu apakah Saudara angkat kaki dan tidak mau kembali lagi ke situ? Oh Tidak Kita lihat dalam sejarah missionary, contoh, di tanah batak setelah dikirim satu persatu missionary dibunuh, lalu tetap dikirim sampai akhirnya diterima yang namanya Nomensen. Disini kita melihat teologi misi mengatakan siapa butuh siapa. Ketika Tuhan Allha mencari Adam yang bersembunya, Tuhan terus dengan persistence terus dengan ketekutnan untuk manusia itu bisa kembali kepada Tuhan. Daging lebih membutuhkan garam, atau garam lebih butuh daging atau juga tubuh yang infeksi lebih butuh antibiotik atau antibiotik lebih membutuhkan tubuh yang infeksi? Teologi misi mengatakan antibiotik lebih membutuhkan tubuh yang infeksi. Garam lebih membutuhkan daging yang sudah mau busuk ini dari pada daging membutuhkan garam untuk mengawetkan dia. Kembali kita melihat Tuhan mempunyai misi di dunia ini yang seolah-olah sudah hancur dan menjadi milik setan. Tuhan ingin mengembalikan, Tuhan ingin dunia ini kembali dimenangkan bagi Tuhan sehingga kita akan melihat Wahyu 21 dikatakan “Pada akhirnya Kristus akan memiliki dunia ini.” Dalam pencobaan di padang gurun, kita bisa melihat ketika iblis mencobai Tuhan Yesus, ketika iblis memperlihatakan dunia kepada Tuhan Yesus, dia cheating, karena dunia yang diperlihatkan adalah dunia bukan dunia yang hancur, yang berantakan, tetapi dunia yang tidak ada sinful aspect. Iblis mau mengatakan,” Yesus, Kamu tidak perlu lagi mati disalib, tidak perlu menyelamatkan dunia ini, dunia ini baik-baik kok. Dunia ini tidak butuh redemption tidak butuh penembusan-Mu.” Sehingga dunia yang waktu itu diperlihatkan oleh iblis adalah dunia yang tidak ada sinful aspect sama sekali. Lalu dia katakan” Saya akan memberikan dunia ini, kalau Engkau menyembah saya, bukan dengan cara salib, tetapi dengan cara menyembah saya, saya berikan dunia ini kepada Engkau.” Yesus mengatakan “ Tidak, Enyahlah dari pada-Ku.” Lalu, pada Wahyu 21 kita mengetahui bahwa Yesus memiliki dunia dengan jalan salib. Dikatakan ketika dunia menjadi milik Yesus, kuasa dosa itu hancur, tidak ada lagi air mata, maut itu lenyap, perkabungan itu sirna.ratap tangis, dukacita, semuanya hilang. Itu adalah dunia hasil penebusan salib Kristus.Tapi sebelum Wahyu 21, sebelum akhir zaman, dunia ini terus bergolak. Penganiayaan orang Kristen merupakan sesuatu yang tak terelakan. Ini yang Pertama. Hal yang Kedua yang kita pelajari dari bacaan kita, Yesus mau mengatakan mengenai natur penganiayaan di sini:” Berbahagialah mereka yang dianiaya, karena apa? Karena kebenaran. karena apa? Karena Aku, karena Kristus. Kalau kita dianiaya karena kita berbohong, karena kita berdosa, itu urusan kita sendiri. Tuhan tidak mengatakan berbahagialah. Tuhan hanya mengatakn berbahagialah kepada mereka yang dianiaya karena kebenaran, karena Kristus. Kita melihat kehidupan Yusuf. Mengapa dia dijual oleh saudara-saudaranya? Saudaranya pikir dari pada bunuh dia lebih baik jual dia, dia jadi budak, mati pelan-pelan dan kita dapat duit lagi. “Kesalahan” Yusuf apa?menceritakan kejahatan saudara-saudaranya kepada ayahnya. Dia berbuat suatu kebenaran harus ada harga yang dibayar. Lalu kenapa dia dipenjara? Karena dia menolak godaan dari istri Potifar. Dia mengatakan bagaimana saya bisa melakukan dosa yang begitu serius kepada Tuhan Allah? Penderitaan Yusuf adalah penderitaan karena kebenaran. Kita juga melihat penderitaan gereja mula-mula mengalami penderitaan khususnya dari kaisar Nero. Disini kita melihat orang Kristen tidak kompromi, ini artinya penderitaan karena Kristus. Tapi jangan anggap semua penderitaan orang Kristen itu karena Kristus. Kita melihat dalam bacaan kita ketika masuk ke dalam ucapan bahagia yang ke 8, ada hal yang menarik ketika dari 1 sampai 7 dikatakan berbahagialah mereka, third person,tetapi ketika masuk kepada ucapan bahagia yang ke 8, khususnya pada ayat yang ke 12 kita bisa melihat Tuhan Yesus langsung masuk “ Berbahagialah kamu, jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya dan difitnah segala kejahatan. “Tuhan Yesus langsung merubah dari orang Ketiga menjadi orang Kedua ketika berbicara mengenai aniaya ini. Kenapa perubahan dari orang Ketigamenjadi orang Kedua? Ketika kita berbicara mengenai penganiayaan, Tuhan mau menjadikan itu sebagai hal yang personal. Ketika kita berbicara penganiayaan karena Kristus dan kebenaranNya itu adalah masalah yang personal bagi Saya. Masih ingat Saulus sebelum menjadi Paulus? Di depan pintu Damsyik, Tuhan berkata” Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”Kapan Saulus menganiaya Yesus? Tapi Yesus mau mengatkan, menganiaya orang Kristen sama artinya dengan menganiaya Aku.” Peralihan dari orang Ketiga menjadi orang Kedua, Tuhan mau menjadikan ini menjadi hal yang personal bagi Dia. Dalam Zak 2:8, Tuhan mengatakan barang siapa yang menyentuh umat Allah itu sama saja dengan menyentuh biji mata Allah, mata itu begitu peka. Tuhan menjadikan masalah penganiayaan itu hal yang begitu personal. Di dalam Kis 7 ketika Stefanus dirajam dengan batu, di situ dia melihat Yesus berdiri, menyambut dia, tetapi matanya juga tertuju kepada mereka yang menganiaya Stefanus sebagai hakim, lalu Stefanus mengeluarkan satu kalimat” Ya Tuhan jangan tangungkan dosa ini kepada mereka.” Orang yang menganiaya orang Kristen, dia tidak tahu dengan siapa dia sedang deal, dia tidak tahu dengan siapa dia sedang cari penyakit.Barangsiapa menjamah umat pilihan-Ku sama dengan menyentuh biji mata-Ku, kata Tuhan. Yang Ketiga, yang terakhir, Tuhan Yesus mengatakan berbahagialah mereka yang dianiaya karena mereka yang empunya kerajaan Sorga, apa artinya?boleh ejek dia, boleh fitnah dia, tetapi ketahuilah, dia akan memiliki kerajaan Sorga. Terakhir nanti disana akan membuktikan, dia akan mempunyai hidup yang kekal bersama dengan Tuhan. Disini Yesus mengatakan berbahagialah mereka yang dianiaya oleh karena kebenaran karena merekalah yang empunya kerajaan Sorga. Dalam Roma 8:18 Paulus mengatakan penderitaan yang kita alami sekarang tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaan kelak yang akan kita alami. Bukan hanya empunya kerajaan Sorga tetapi dia akan mendapatkan upah yang besar. Kita melihat kemuliaan disini, Tuhan itu begitu luar biasa ketika kita demi kebenaran bersedia menderita untuk dianiaya. Masih ingat ketika Salome meminta Yakobus dan Yohanes duduk di dalam kemuliaan sebelah kanan dan kiri, dan apa yang terjadi, Yakobus menjadi martir yang Pertama, dan murid-murid melihat Oh jadi orang Kristen harus menderita seperti ini, dan Yohanes dibuang kepulau Patmos. Orang yang menderita karena kebenaran itu adalah perkenan Tuhan Allah, apalagi yang mati syahid, itu hanya anugrah khusus. Tapi di dalam level yang lain setiap kita tanpa terkecuali menderita karena kebenaran. Menderita karena Kristus.

 

Komentar

PALING BANYAK DI BACA

Renungan Kisah Para Rasul 9:36

Ayat Renungan Harian Bulan Nopember Tahun 2020